SEMARANG- DPD Real Estate Indonesia (REI) Jateng mencatat, penjualan rumah sepanjang tahun 2016 ini tergolong lesu. Bahkan, telah terjadi penurunan penjualan rumah hingga mencapai 20% antara Januari-Agustus 2016 ini dibandingkan periode sama tahun lalu.
Bendahara DPD REI Jateng, Harmawan Mardiyanto mengatakan, lesunya penjualan selain dirasakan langsung oleh masing-masing pengembang anggota REI, juga terlihat dari hasil pameran yang telah digelar DPD REI Jateng selama 6 kali di tahun 2016 ini.
“Kalau tahun lalu selama pameran berlangsung antara Januari-Agustus dengan 5 kali event saja bisa menjual 380 unit rumah. Sedangkan tahun ini antara Januari-Agustus dengan 6 kali event pameran hanya mampu membukukan penjualan 313 unit. Jadi turunnya sekitar 20%,” katanya, disela Pembukaan REI Expo 6/2016, yang berlangsung mulai 3-14 Agustus 2016, di Mall Paragon Semarang.
Menurutnya, turunnya pembelian rumah diprediksi karena kondisi perekonomian yang makin sulit, sehingga memicu penurunan daya beli masyarakat. Selain itu, masyarakat juga terlihat masih ‘wait and see’ untuk suku bunga KPR yang dinilai masih terlalu tinggi.
“Masyarakat masih menunggu karena suku bunga KPR tinggi. Tapi harapan kami suku bunga segera turun. Apalagi adanya ‘tax amnesty’ juga,” ungkapnya.
Penurunan penjualan, lanjutnya, paling terasa pada segmen perumahan kelas menengah bawah. Untuk itu, saat ini masing-masing pengembang tengah berlomba-lomba mencari inovasi atau terobosan dalam pemasaran produknya.
“Mayoritas sekitar 70% anggota REI bermain di kelas menengah bawah. Mereka mulai mengatur strategi, seperti halnya melakukan inovasi produk dan skema pembayaran yang bisa diatur, sehingga bunga KPR tinggi bisa terlihat rendah,” jelasnya.
Sementara, dalam REI Expo ke-6/2016 kali ini diikuti oleh 16 pengembang dari Semarang dan Jogja. Pameran didukung juga oleh peserta dari apartemen, serta stnd pendukung.
“Target penjualan kami kali ini bisa mencapai 65 unit,” pungkasnya.(aln)