*UMKM Sukses Ekspor (2-habis)
SEMARANG – KEUNTUNGAN dari hasil penjualan lukisan pelepah pisang, lantas dikembangkan Agus Winarno (39) untuk merambah bisnis seni kerajinan dari kayu. Sejak tahun 2010, pria yang akrab disapa ‘Agus Bebek’ mencoba peruntungan di dunia furniture and art.
Bisnis yang digelutinya, tak jauh dari bekal kemampuan yang diperolehnya antara tahun 2000-2003, kala dia bekerja di perusahaan furnitur. Agus memutuskan mengasah kembali kemampuannya, dengan memanfaatkan sumber daya alam dan sumber sumber daya manusia yang ada di sekelilingnya.
“Purwodadi, Blora, Cepu kan penghasil kayu dengan kualitas yang bagus. Kenapa tidak dimanfaatkan,” kata Agus, saat ditemui di workshopnya, Perumahan Jatisari Lestari Blok A5/12.
Agus pun berkeliling mencari bahan baku kayu. Direkrutnya pula karyawan untu dilatih berkreasi, memanfaatkan kayu menjadi seni.
“Ada mangkok kayu, nampan, tempat tisu, tempat lampu, dan kreasi lainnya yang kami produksi,” ujar Agus, yang kini memiliki 15 karyawan.
Dengan bendera Nariza Alam Lestari, produk-produk kerajinan yang dihasilkannya dipasarkan melalui berbagi pameran. Bahkan, di bawah mitra binaan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah dan PT Pertamina (Pertamina), produk kreasi kayu itu sering diikutkan dalam berbagai pameran di luar kota, hingga luar negeri.
“Produk mulai dikenal hingga ke luar negeri saat mulai dipamerkan di SMESCO Jakarta. Dari situ, permintaan untuk ekspor mulai berdatangan,” jelasnya.
Menurut Agus, produk yang banyak diminati di pasar ekspor pada jenis mangkok kayu (wooden bowl). Bahkan, sejak tahun 2013 hingga saat ini, permintaan mangkok kayu terus meningkat, khususnya untuk pasar Korea Selatan dan Jepang.
“Mangkok kayu ini banyak diminta untuk memenuhi kebutuhan di restoran,” ujarnya.
Saat ini, Agus mengaku, mangkok kayu justru menjadi produk unggulan dari bisnis yang digelutinya. Dalam satu bulan, Agus dibantu karyawannya bisa memproduksi 2.000 mangkok.
“Jadi, mangkok kayu ini sekarang ibaratnya menjadi penyambung hidup usaha kami, di luar produk lainnya,” terangnya.
Selain itu, untuk pasar lokal, saat ini pihaknya juga menjadi suplier alat makan untuk salah satu maskapai penerbangan besar di Indonesia. Dengan produksi yang dilakukannya, dalam satu bulan Agus bisa memperoleh omzet antara Rp30-50 juta.
“Untuk perbandingan, dari seluruh produk kami, masing-masing 50% terserap pasar ekspor dan sisanya 50% lagi pasar lokal,” paparnya.
Sementara itu, untuk terus mengembangkan usahanya, sejak tiga tahun lalu Agus menjadi salah satu UKM yang masuk dalam program kemitraan PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV Jawa Tengah dan DIY.
“Ini sudah kedua kalinya saya mengajukan pinjaman. Pada pinjaman yang pertama saya memperoleh Rp20 juta, sedangkan pada pinjaman kedua memperoleh Rp40 juta,” katanya.
Agus mengatakan, ada beberapa keuntungan yang diperolehnya ketika menjadi UKM mitra Pertamina, salah satunya adalah berhak atas bunga kredit 6 persen/tahun. Bunga ini sangat rendah sehingga sangat meringankan bagi pelaku usaha seperti saya ini.(aln)