*Mengenal Komunitas Tangan Terampil (2-habis)
PERASAAN tidak percaya diri kerapkali menghantui para UMKM saat ingin merintis usahanya. Padahal, mindset yang positif merupakan modal awal untuk meraih kesuksesan.
Model pemikiran itulah yang kini terus diserukan Komunitas Tangan Terampil dalam memotivasi para anggotanya. Pasalnya, rasa was was, khawatir dan tidak mampu merupakan bagian dari pola pikir negatif yang harus dijauhi bila ingin terjun menjadi pelaku UMKM yang sukses.
“Keyakinan akan potensi diri kita menjadi salah satu modal awal untuk membangun semangat wirausaha,” kata Naneth, yang juga menggeluti bisnis handycraft ‘Trasty Batik’ dan usaha kuliner ‘Bebek Rempah’.
Menurutnya, memang butuh proses yang tidak instan untuk menjadi seorang pengusaha atau enterprenur. Banyak hal baru yang nantinya bisa jadi muncul tak terduga kala kita terjun langsung di dunia bisnis.
“Orang bilang, bisnis itu penuh resiko, kadang untung, kadang rugi. Itu yang kerapkali membuat orang tidak berani mengambil resiko untuk meraih sukses dengan berbisnis,” jelasnya.
Maka tak heran, jika dalam setiap pertemuan anggota komunitas, tak henti-hentinya motivasi akan ‘mindset wirausaha’ diserukan, khususnya kepada mereka yang baru akan memulai bisnisnya. Dari sisi mindset itulah, orang akan termotivasi untuk selalu produktif dan melakukan inovasi-inovasi baru untuk menciptakan peluang usaha yang menguntungkan.
“Jadi, kepada para anggota, kami tak hanya membekali dengan keterampilan untuk mengembangkan kreatifitas ataupun managemen saja. Tapi yang terpenting justru bagaimana kita bisa membangun mindset wirausaha, diluar faktor kemampuan,” jelasnya.
Pada setiap pertemuan, lanjut Naneth, biasanya sudah ditentukan tema yang akan dibahas. Seperti dari sisi keterampilan, diberikan pelatihan pembuatan produk-produk tertentu yang mengandalkan kreatifitas.
“Untuk keterampilan ini biasanya akan sangat dimanfaatkan momentnya bagi mereka yang benar-benar baru akan memulai usaha. Hingga selanjutnya ada pelatihan mengemas produk, managemen, serta pemasaran,” bebernya.Sementara, bagi anggota yang usahanya sudah mulai berjalan, biasanya akan menularkan ilmunya juga ke anggota lainnya. Begitu pun melalui workshop Tangan Terampil di Jalan Atmodirono Raya 7C, para anggota komunitas juga bisa menitipkan produk hasil usahanya untuk dipasarkan.
“Selain memfasilitasi pemasaran, kami juga seringkali mengikutsertakan anggota yang usahanya sudah berjalan untuk mengikuti pameran bersama,” katanya.
Salah seorang anggota Komunitas Tangan Terampil, Arini (43) mengaku, banyak manfaat yang telah didapatkannya dari ajang kumpul-kumpul komunitas UMKM ini. Sebelumnya, Arini yang kini menggeluti usaha dibidang jasa terapi ini sempat tak percaya diri dengan kemampuannya untuk membuka usaha.
“Awalnya memang maju mundur. Kalau saya mau buka usaha jasa terapi, masyarakat laku apa tidak. Dari seringnya ngumpul bersama Tangan Terampil saya termotivasi untuk percaya diri membuka usaha,” ujarnya yang membuka jasa akupuntur anak di Jalan Pamularsih Semarang.(aln)