SEMARANG – Penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Jawa Tengah hingga akhir September lalu baru terserap sepertiga dari total dana yang dialokasikan atau baru Rp5,9 triliun, dari target Rp17 triliun. Sebagian besar calon peminjam terkendala oleh pinjaman lain yang masih menjadi tanggungan.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah, Ema Rahmawati mengatakan, plafon dana KUR tahun ini lebih besar dibanding tahun sebelumnya. Yaitu dari Rp 10 triliun pada tahun lalu menjadi Rp 15 triliun pada tahun ini.
“Kemudian untuk penyerapan, tahun lalu melebihi plafon, yaitu mencapai Rp 17 triliun. Sedangkan untuk tahun ini, sejauh ini baru terserap hingga Rp 5,9 triliun,” katanya.
Dijelaskan, data sebesar Rp 5,9 triliun tersebut diserap oleh sebanyak 280.046 UMKM. Dengan serapan terbanyak pada sektor perdagangan, yaitu mencapai 60 persen dari total dana yang telah disalurkan.
“Sebenarnya minat para pelaku UMKM untuk memanfaatkan KUR cukup tinggi. Namun, hingga mendekati akhir tahun, penyerapan masih jauh dari plafon,” jelasnya.
Beberapa hal menjadi penyebab, salah satunya sebagian besar calon peminjam terkendala oleh pinjaman lain yang masih menjadi tanggungan.
“Sebelum mengajukan KUR, mereka sudah melakukan peminjaman lain melalui lembaga pembiayaan. Biasanya terkendala ini. Padahal bisa juga, pinjaman tersebut digunakan membeli sepeda motor atau lainnya yang juga untuk operasional,” ujarnya.
Namun demikian, lanjutnya, akses KUR Jawa Tengah untuk para pelaku UMKM tergolong cukup tinggi. Bahkan, pada tahun lalu, penyerapan Jateng berkontribusi hingga 25 persen dari total penyerapan nasional. Salah satunya karena Jawa Tengah memiliki cukup banyak pelaku UMKM dengan berbagai sektor usaha.(aln)