SEMARANG – Kelesuan pasar rumah pada Oktober di Kota Semarang masih berlanjut pada November ini. Hal ini tercermin dalam rendahnya penjualan unit rumah pada pameran Property Expo Semarang IX yang digelar pada 8-19 November 2017.
Ketua Panitia Property Semarang Expo IX, Dibya K Hidayat mengatakan, hasil penjulan rumah dari pameran tersebut masih lesu dan jauh dari harapan sebanyak 70 unit rumah terjual. “Pameran yang diikuti 13 pengembang ini, 10 di antaranya sudah melaporkan hanya ada penjualan sebanyak 20 unit,” katanya.
Pihaknya mengaku bingung dengan kondisi pasar rumah yang lesu sekarang ini. Pasalnya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terbilang stabil dan kondisi perekonomian makro pun juga terbilang tumbuh signifikan. “Namun pada kenyataannya sektor riil tidak tumbuh, kita sangat kesulitan dalam menjual rumah,” imbuhnya.
Dijelaskan, pertumbuhan perekonomian pada triwulan III-2017 ternyata juga tidak membawa dampak pada penjualan rumah khususnya kelas menengah ke atas. “KPR memang tumbuh, karena pemerintah sedang mengejar program satu juta rumah. Jadi lebih di segmen rumah subsidi, bukan rumah komersial,” jelasnya.
Menurutnya, pameran yang digelar di Mal Paragon tersebut diikuti lebih banyak rumah komersial diatas Rp700 juta. Padahal, konsumen yang paling besar saat ini berada di segmen kelas menengah di kisaran Rp 300 juta-Rp 700 juta.
Sedangkan rumah yang terjual di pameran rata-rata dengan harga diatas Rp1 miliar. “Kondisi ini paling terasa di tahun 2017 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ini menandakan perlemahan daya beli masyarakat,” tandasnya. (aln)