– Prof. Dr. dr. Darmono- Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Cabang Semarang. FOTO : ANING KARINDRA/JATENG POS
SEMARANG- Faktor gaya hidup, pola makan, kurangnya olahraga dan stres belakangan terus mendongkrak laju kasus diabetes di Indonesia. Bahaya komplikasi yang diakibatkan pun makin beragam.
Fenomena tersebut menuntut kewaspadaan dini bagi masyarakat. Begitu pula ketajaman diagnosis dokter pun dituntut untuk terus ditingkatkan, karena mengandalkan dokter spesialis diabetes saja masih sangat terbatas.
Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Cabang Semarang, Prof. Dr. dr. Darmono mengatakan, kewaspadaan bagi masyarakat mengenai apakah dirinya mengidap diabetes antara lain, ada keluarga dengan hubungan darah mengidap diabetes. Adapun dampak komplikasi diabetes ada pada penyakit katarak, kaki busuk, serangan jantung mendadak, stroke, ibu yang melahirkan dengan bayi besar, bangun tidur badan tidak segar tapi pegal semua, badan menjadi kurus tanpa sebab yang jelas, serta kesemutan kaki tangan.
“Dari semua itu bisa terjadi pelan-pelan, bahkan bisa bersamaan. Tapi paling sering yakni pada kesemutan. Ini penting diketahui masyarakat,” kata Prof. Darmanto, yang juga Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia.
Ditambahkan, komplikasi yang paling mengenaskan dari kasus diabetes adalah gagal ginjal, dan cuci darah seumur hidup. Selanjutnya stroke dan serangan jantung mendadak tanpa ada gejala sebelumnya.
“Dari kasus diabetes ini maka kewaspadaan masyarakat harus ditingkat dengan kesadaran untuk berobat secara tertib bagi penderitanya,” imbuhnya.
Bagi para dokter, lanjutnya, kemampuan untuk diagnosa lebih awal pun harus tajam. Dengan kompetensi dokter, baik dokter umum maupun spesialis harus meningkat.
Untuk itu pula, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Cabang Semarang menggelar workshop dan simposium bagi para dokter yang bertajuk
“Semarang Endocrine Metabolic Meeting (Sendomet 2018), Meningkatkan Pengetahuan dan Ketrampilan Bidang Endokrinologi bagi Dokter di Faskes dan Sekunder”.
Workshop dan simposium yang sudah digelar ke-5 kalinya ini diadakan pada Sabtu-Minggu (25-26/8), di Hotel Harris Sentraland Semarang, dengan target 200 peserta dokter umum dan dokter spesialis penyakit dalam.
Dalam workshop akan dikupas mengenai perkembangan ilmu endokrin dan metabolis, termasuk komplikasi dan pengobatannya. Ilmu endokrin sendiri mempelajari penyakit hormon yang terkait juga dengan metabolisme, seperti diabetes, tiroid, kolesterol.
“Ilmu kedokteran itu juga terus berkembang, sehingga cara memproduksi obatnya pun harus mengikuti perkembangannya. Dan dokter harus menguasai itu,” tegas Prof. Darmanto.
Dijelaskan, perkembangan ilmu kedokteran juga harus sinergi dengan farmasi. Dimana obat-obat yang bekerja di sistem tubuh terus berkembang, dan menuntut dokter untuk pandai memilih.
“Nanti akan diulas juga mengenai konsep pengobatan baru yanh
bekerja lewat fungsi ginjal, yang juga berperan dalam pengendalian gula darah,” jelasnya.
Menurutnya, sebelumnya obat-obat diabetes hanya bekerja di satu sistem, seperti liver, dan lalu meningkat di pankreas. Kemudian meningkat lagi di sektor-sektor lain, serta di usus obat bekerja.
“Untuk itu, dalam penanganan kasus diabetes, selain ketajaman diagnosa dokter juga ketepatan pengobatan sangat penting. Jadi, ilmu kedokteran dengan ilmu farmasi harus sinergi,” pungkasnya.(aln)