YOGYAKARTA – PT PLN (Persero) turut mendukung upaya pemerintah dalam mendorong peningkatan kualitas Pendidikan yang inklusif dan merata. Upaya tersebut diwujudkan melalui Program Tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PLN Peduli, yang disalurkan kepada Sekolah Gajahwong, sebuah komunitas di bantaran Sungai Gajahwong yang bergerak mengupayakan Pendidikan kontekstual dan inklusif bagi masyarakat kurang mampu perkotaan.
Pada Rabu (20/4/2022) kemarin, sekelompok anak-anak kelas Akar dan Rumput Sekolah Gajahwong dengan rentang usia 3 sd 7 tahun ikut serta dalam acara penyerahan Bantuan TJSL PLN Peduli. Dengan kelucuan dan keceriaannya, mereka memperlihatkan aktivitas bermain dan belajar sehari-hari melalui permainan sederhana yang edukatif, dipandu Faiz Fakhruddin, pendiri sekaligus pembina Sekolah Gajahwong.
Senior Manager Keuangan, Komunikasi dan Umum PLN UIT JBT, Dyan Prasetya Rini mengapresiasi keterlibatan anak-anak tersebut serta upaya dan semangat Faiz Fakhruddin dan seluruh pengurus Sekolah Gajahwong dalam menyediakan ruang bermain dan belajar bagi mereka.
“Apa yang dilakukan teman-teman pengurus Sekolah Gajahwong ini sangat luar biasa. Mereka mengupayakan hak bermain dan hak belajar anak-anak keluarga kurang mampu di perkotaan. Tentu merupakan suatu kebahagiaan bagi PLN, dapat turut serta menjadi bagian dari kontribusi mulia yakni memberikan masa depan bagi anak-anak keluarga kurang mampu perkotaan,” terang Dyan Prasetya Rini, dalam sambutannya pada acara Penyerahan bantuan TJSL.
Seperti diketahui, program inisiatif pendidikan gratis bagi anak-anak keluarga kurang mampu di perkotaan berangkat dari kepedulian komunitas anak jalanan di Yogyakarta akan permasalahan seputar nasib atau masa depan anak-anak kurang mampu. Pasalnya, desakan ekonomi membuat setiap anak-anak dari keluarga tersebut harus ikut bekerja layaknya orangtua mereka, mulai dari mengamen, meminta-minta, mengais dan memulung sampah atau menjajakan koran.
“Mereka kehilangan hak bermain, hak belajar bahkan masa depan. Bukan tidak mungkin, mereka terus terjebak dalam lingkaran kemiskinan sebagaimana orangtua mereka, sehingga solusinya, mereka harus sekolah,” terang Faiz Fakhruddin.
Saat ini, Sekolah Gajahwong mendidik dan membina sebanyak 47 siswa, terdiri dari 4 kelas, yakni kelas Akar (usia 3-5 tahun), kelas Rumput (usia 5-7 tahun), Kelas Ranting (7-10 tahun) dan Kelas Batang (10-15 tahun). Kurikulumnya disusun secara mandiri berdasarkan konteks masyarakat miskin kota dan hak anak, dimana salah satu bagiannya adalah pembelajaran lingkungan melalui Gajahwong Farm.
Dyan menjelaskan, bantuan TJSL senilai Rp 150 juta kepada Sekolah Gajahwong tahun ini akan difokuskan pada pengembangan Gajahwong Farm. Gajahwong Farm sendiri merupakan salah satu program Sekolah Gajahwong, terdiri dari peternakan kambing dan kebun sayur organik. Selain menjadi bagian dari kurikulum, Gajahwong farm juga menjadi unit usaha untuk memenuhi kebutuhan operasional sekolah dan media pemberdayaan masyarakat kurang mampu perkotaan.
Faiz memberikan apresiasi yang luar biasa atas dukungan PLN melalui Program pengembangan Gajahwong Farm ini. Terlebih, pada akhir Maret lalu, hujan dan angin besar yang terjadi di Yogyakarta menumbangkan sejumlah pohon-pohon besar yang mengakibatkan kerusakan parah pada Gajahwong Farm.
“Bantuan PLN telah menjadi jawaban bagi kesulitan kami yang harus segera merelokasi farm dikarenakan musibah akibat angin dan hujan beberapa waktu lalu. Kami berharap, bantuan ini akan memberikan lompatan yang sangat jauh untuk kemajuan Gajahwong Farm, sebagai unit usaha yang menyokong keberlangsungan Sekolah Gajahwong,” pungkas Faiz.(aln)