JAKARTA – Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan peran vital dalam perekonomian dunia. Sebanyak 90% bisnis global dan setengah dari lapangan kerja global bergantung pada UMKM.
Pentingnya UMKM bagi perekonomian dunia, menjadi salah satu faktor Presidensi B20-G20 Indonesia mengangkat soal pemberdayaan UMKM sebagai isu prioritas. Terlebih lagi, UMKM juga terkena dampak yang cukup signifikan dari pandemi Covid-19.
Terkait hal itu, B20 Digitalization Task Force menggelar side events MSMEs Reports 2022 berupa diskusi dan peluncuran hasil studi yang dilakukan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) bersama dengan Boston Consulting Group (BCG) mengenai dampak digitalisasi bagi pemulihan dan pemberdayaan UMKM, Rabu (1/9/2022) di studio SEA Today, Jakarta.
Adapun SeaToday dalam hal ini merupakan partner utama Telkom Indonesia dan BCG dalam mempromosikan dan memperluas informasi MSME Reports 2022 dari Indonesia ke publik, baik domestik maupun internasional yang harapannya dapat membantu memperkuat bisnis UMKM di Indonesia.
Peluncuran hasil studi ini menghadirkan dua orang pembicara, yakni B20 Digitalization Deputy Chair and Director of Digital Business of Telkom Indonesia, Fajrin Rasyid dan Managing Director dan Partner BCG, Davids Tjhin.
Dalam studi yang dilakukan BCG dan Telkom Indonesia berjudul “Powering up a post-pandemic rebound for MSMEs through digital transformation”
B20 Digitalization Deputy Chair sekaligus Direktur Digital Business Telkom Indonesia, Fajrin Rasyid, mengatakan di negara berkembang seperti Indonesia, sektor UMKM merupakan pilar utama perekonomian nasional dengan berkontribusi 60% bagi PDB.
“Hasil penelitian kami sesuai dengan data Kemenkop UMKM tahun 2021 yang memperlihatkan bahwa UMKM memberikan lapangan kerja bagi 97 persen (117 juta pekerja) yang 64,5 persennya merupakan kaum perempuan dan memberdayakan ekonomi lokal,” kata Fajrin.
Selain memperlihatkan dampak positif platform digital bagi UMKM, laporan tersebut juga menunjukkan bagaimana mereka menghadapi tantangan besar selama pandemi COVID-19. Selama pandemi, banyak UMKM yang bangkrut karena pembatasan mobilitas sosial, sementara yang lain kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya.
Mengenai dampak Covid-19 terhadap UMKM, Managing Director dan Partner BCG, Davids Tjhin melihat bisnis UMKM terus menghadapi tantangan terutama di masa pandemi dan ini memberikan dampak sangat serius kepada ekonomi rumah tangga.
“Pada penelitian yang dilakukan BCG dan Telkom, dampak pandemi bagi Indonesia, khususnya pada sektor bisnis sangat serius. Semua sektor usaha, baik perusahaan skala besar maupun UMKM mengalami penurunan pendapatan hingga lebih dari 80%,”ujar Davids.
Persoalannya, kata Davids, pelaku UMKM juga dirundung persoalan klasik yang bertambah parah dengan adanya pandemi. Dukungan pendanaan (57%) adalah tantangan yang paling signifikan, diikuti oleh kesulitan di pusat pelatihan dan pembelajaran digital (49%), dukungan regulasi (43%), dan kebutuhan akan layanan konsultasi atau pendampingan bisnis (32%).
Langkah Strategis Atasi Hambatan
Lebih lanjut, Fajrin juga mengatakan transformasi digital menyediakan platform penting untuk mendukung dan meningkatkan peluang bagi UMKM selama periode yang penuh tantangan ini. Teknologi digital, sambungnya, dapat memberikan akses yang sangat berharga untuk memastikan kelangsungan bisnis saat mengakses pasar baru yang sedang berkembang secara nasional, regional, dan global.
“Teknologi digital juga memberikan jalur yang bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan proses dan cara kerja, dan mengurangi biaya bisnis yang sedang berlangsung,” tambah Fajrin.
Untuk mengatasi hambatan yang dialami pelaku UMKM, riset Telkom Indonesia dan BCG memberikan 6 rekomendasi strategis yang dapat mendukung transformasi digital UMKM. Pertama, penggunaan teknologi digital untuk menetapkan strategi, riset pasar terkait produk yang diminati konsumen. Kedua, menggunakan platform e-commerce atau teknologi cloud untuk membantu UMKM mencari pemasok barang dan jasa serta membangun kolaborasi yang memungkinkan pelaku usaha sektor ini membangun infrastruktur digital dengan biaya yang efektif dan terukur.
Ketiga, UMKM akan mendapatkan akses ke pasar yang lebih luas. Keempat, dengan mengadopsi teknologi digital akan membuat pelaku UMKM meningkatkan skil dan pengetahuannya terkait digitalisasi. Kelima, UMKM mudah mengakses pembiayaan. Hal ini tentunya harus didukung juga oleh pemerintah dan lembaga swasta yang memberikan akses pembiayaan yang adil dan berkelanjutan bagi UMKM.
Keenam, untuk mendorong transformasi digital bagi UMKM, perlu ada regulasi atau kebijakan yang mendukungnya, terutama yang bisa menjaga keseimbangan antara UMKM dengan perusahaan besar. Regulasi tersebut bisa mencakup kebijakan yang mengenai insentif perpajakan dan pengakuan Kekayaan Intelektual (HAKI).(aln)