SEMARANG – Rektor UIN Walisongo yang juga ketua PW Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Jateng Prof Dr KH Imam Taufiq MAg menjadi penceramah dalam acara Memperingati Malam Nuzul Quran dan Tarhim (Tarawih dan Silaturahmi) putaran kedua PW IPHI Jateng digelar di Masjid Diponegoro Undip Pleburan Semarang Jumat (7/4/2023) malam.
Acara peringatan Malam Nuzulul Quran dan Tarhim ini digelar oleh Takmir Masjid Diponegoro Undip Pleburan Semarang bersama dengan PW IPHI Jateng.
Prof Dr Imam hadir dengan puluhan pengurus PW IPHI Jateng. Rombongan PW IPHI Jateng diterima oleh jajaran Rector, dosen. takmir masjid Diponegoro dan mahasiswa kampus setempat. Acara tersebut juga diikuti masyarakat jamaah masjid tersebut.
Prof Imam Taufiq mengawali ceramahnya dengan mengajak semua yang hadir untuk bersyukur kepada Allah. Banyak nikmat yang diberikan kepada kita, namun kadang kita lupa, sehingga tidak bersyukur. Diberi kesempatan hidup di buan Ramadhan, bisa melaksanakan puasa di bulan Ramadhan adalah nikmat dan anugerah luar biasa, namun kadang manusia tidak sadar bahwa itu adalah bagian dari pada nikmat dan anugerah yang besar dari Allah.
“Tidak terasa malam ini sudah malam 17 Ramadhan. Malam ini kita memperingati Nuzulul Quran atau turunnya Al Quran. Saya juga baru baru ngeh, baru sadar kalua ini sudah tanggal 17. Saya masih merasa berada di awal-wal Ramadhan, karena saya belum bisa melewati hari Ramadhan ini dengan amalan-amalan berkualitas dan maksimal. Jadi puasa kita tinggal 12 atau 13 hari lagi. Mari kita manfaatkan waktu yang ada ini dengan melakukan amalan-amalan soleh yang maksimal,” terang Prof Imam.
“Hari ini, kita semua, umat Islam memperingati malam Nuzulul Qur’an. Semoga membawa berkah, kita semua mendapat petunjuk, mendapat sinaran ayat-ayat Al Quran,” tambah dia.
Dikatakan Prof Imam, karakter atau ciri bulan Ramadhan adalah bulan turunnya Al Quran. Hal ini tidak ada perbedaan pendapat, bahwa Al Quran itu turun di bulan Ramdhan. Sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al Baqoroh ayat 85. Adapun fungsi pertama Al Quran adalah petunjuk bagi manusia, kemudian memperjelas hal-hal yang belum kongkret, kemudian menjadi pembeda mana yang haq dan batal, mana haram dan halal, mana yang terang, gelap dan remang-remang.
“Al Quran itu turun bersama dengan misi kenabian Muhammad SAW. Nabi Muhammad dengan Al Qurannya itu datang di dunia ini dengan perspektif baru terhadap dunia,” papar Prof Imam.
Ketika nabi Muhammad menjadi rasul dan AL Quran turun, kata Prof Imam, saat itu kondisi Arab Saudi adalah menonjolkan kesukuan, banyak konflik, dan banyak persoalan itu tidak lepas dengan banyaknya suku suku yang ada. Bahkan terjadinya peperangan, kekerasan dan pembunuhan karena kelompok-kelompok atau suku-suku yang tidak bisa disatukan. Saat itu muncul kasta, kelas yang menondol. Dan yang paling berkuasa yang menonjol adalah suku Quraisy.
“Konon, saat itu pemimpin agama, pemimpin politik, pengusaha-pengusaha sukses, tokoh pemuda semua dari suku Qurays. Bahkan kita tahu, ada tiga Abu, trisula Abu di suku Qurays yang terkenal, yaitu Abu Lahab, Abu Jahal, Abu Sofyan, mereka orang-orang hebat, cerdas dan berpengaruh,” katanya.
Kemudian Islam datang, dan Islam datang bukan untuk kelompok tertentu saja. Islam datang tidak hanya untuk masyarakat Arab saja, penduduk Mekah saja, atau bahkan suku Quraisy saja. Islam datang bersama Nabi Muhammad untuk umat manusia, untuk Rahmatan lil alamiin.
Dan Al Quran diturunkan misi utamanya adalah misi kebangsaan, misi kebersamaan, dan misi kemanusiaan, tidakan ada lagi bicara kesukuan.
“Selama 12 tahun Nabi Muhammad berdakwah di Mekah kurang berhasil. Nabi Muhmmad mendapat tantangan luar biasa dari penduduk Mekah. Hanya sedikit yang ikut Nabi Muhmmad. Orang Islam dikeja-kejar, diteror, bahkan diancam mati oleh masyarakat. Kemudian nabi Hijrah ke Madinah,” katanya.
Saat tiba di Madinah, terang Prof Imam, hal pertama dilakukan Nabi Muhammad adalah membangun kebersamaan. Dan pertama yang dibangun nabi adalah masjid, sebagai tempat peradaban. Masjid tidak semat-mata hanya sebagai tempat ibadah sholat, namun menjaid tempat untuk membangun sosial sesame manusia. Saat itu muncul Piagam Madaniyah pada tahun 622 M.
Piagam Madinah adalah sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku suku dan kaum kaum penting di Yatsrib (kemudian bernama Madinah). Dokumen tersebut disusun sejelas jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan pertentangan sengit antara Bani Aus dan Bani Khazraj di Madinah. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak hak dan kewajiban kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas komunitas lain di Madinah, sehingga membuat mereka menjadi suatu kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah.
“Jadi agama Islam itu tidak hanya sekedar mengajarkan ibadah mahdhoh saja. Tidak mengajarkan sholat saja, Tidak hanya mengatur soal hubungan manusia denga Allah saja, namun juga mengajarkan tata cara kehidupan sosial atau hubungan sesama manusia. Hal itu juga tertuang dalam sebuah hadits nabi, yang hadits itu muncul saat awal-awal di Madinah. Hadits ini juga menjadi inspirasi jemaah haji, yakni inspirasi sebagai ciri ciri haji mabrur,” kata dia.
Adapun hadits nabi tersebut berbunyi
عن عبد الله بن سلام رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ».
Dari Abdullah bin Salām -raḍiyallāhu ‘anhu-, dia berkata, Aku mendengar Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Wahai manusia! Sebarkanlah salam, sambunglah silaturrahmi, berilah makanan, dan salatlah ketika orang-orang tidur, kalian pasti masuk surga dengan selamat.”
Hadis sahih – Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah
Diterangka Prof Imam, hadis ini mengandung anjuran dan peringatan tentang empat perbuatan terpuji dan sifat baik yang jika dilakukan oleh manusia bisa mengantarkan ke surga. Sifat-sifat tersebut adalah menyebarkan salam, menyambung silaturrahmi, memberi makanan dan salat malam ketika manusia sedang tidur. Barangsiapa memiliki sifat itu, niscaya ia masuk surga dengan selamat.
“Menyimak hadits tersebut, sebetulnya tidak berisi perintah yang berat. Namun ringan. Kita justru diperintah untuk memprbanyak menjaga hubungan baik sesama manusia lebih dulu, baru kemudian menjaga hubungan kepada Allah yakni dengan salat,” bebernya.
Kemudian, Prof Imam Taufiq mengajak kepada semua jamaah untuk terus membaca, dan belajar terhadap semua hal, merujuk ayat pertama Al Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad, yaitu adalah surat Al Alaq atau Iqra’.
Sementara KH Nur Fauzan Ahmad, S.S., M.A selaku tuan rumah mewakil Rektor Undip Prof Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum menyampaikan terima kasih kepada PW IPHI Jateng yang sudah hadir di Masjid dalam acara Tarhim dan juga memperingati Nuzulul Quran ini.
IPHI yang saat ini usia 33 tahun, sudah melakukan banyak program dengan baik. Dan kegiatan ini sebagai salah satu upaya bersama untuk mengevalusasi diri dalam upaya mencapai derajat tertinggi yang dinginkan Allah yaitu taqwa. Karena semua ibadah itu muaranya adalah tattaqun, mencapai derajat taqwa. “Ibadah haji juga demikian. Adapun wujud dari tataqun terlihat pada perilakunya setelah menunaikan haji,” kata dia.
“Malam ini kita memperingati turunnya Alquran, semoga kita mendapat berkah dan hikmah dari Al Quran,” kata Kiai Nur Fauzan Ahmad yang juga Wakil Ketua PW IPHI Jateng ini. (aln)