Anak-anak lebih rentan terinfeksi flu singapura karena antibodi dan imunitas tubuh mereka lebih lemah dibandingkan dengan orang dewasa. Jika dilihat dari risikonya, flu singapura tidak sebesar flu burung yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Meski demikian, penyakit yang kerap menyerang anak-anak itu mesti segera ditangani agar penderita cepat sembuh dan mencegah penularan.
Bintang Ladia Jasmine, 5 tahun, mendadak suhu tubuhnya memanas sepulang sekolah. Meski kondisi kesehatannya tidak seprima biasanya, bocah yang tinggal di bilangan Depok, Jawa Barat, itu tetap bermain bersama teman-temannya. Melihat kondisi Bintang, sang ibu, Vriana Indria Sari, menyangka putrinya itu hanya menderita panas biasa. Dia lantas memberikan obat penurun panas kepada Bintang.
Namun, obat tersebut nyatanya tak efektif karena keesokan harinya tubuh Bintang masih panas. Bocah itu juga menderita sariawan serta bintik-bintik merah seperti cacar di jari tangannya. Merasa khawatir akan kondisi kesehatan sang anak, Vriana membawa Bintang ke rumah sakit terdekat. Dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa Bintang terserang flu singapura. “Meski begitu, dokter mengatakan bahwa penyakit anak saya itu tidak berbahaya dan bisa cepat sembuh,” ujar Vriana.
Empat hari setelah berobat, kondisi kesehatan Bintang berangsur-angsur membaik. Suhu tubuhnya mulai menurun. Sayangnya, sariawan dan bintik-bintik merah di jari tangan belum hilang. Apa yang dialami Bintang bukan tidak mungkin menimpa pula anak-anak lainnya. Oleh karena itu, orang tua mesti selalu memperhatikan kondisi kesehatan putra-putrinya. Memang, jika dilihat secara medis, flu singapura bukanlah penyakit mematikan. Kendati demikian, masyarakat harus tetap waspada terhadap penyakit yang kerap disebut hand foot and mouth disease (HFMD) atau penyakit tangan, kaki, dan mulut itu.
Menurut Arti Kusumawati, dokter spesialis anak dari RS Hermina, Tangerang, flu singapura disebut pula dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut karena penyakit itu menyerang ketiga organ tersebut. Pada umumnya, penyakit yang disebabkan oleh virus itu menyerang anak-anak, terutama mereka yang usianya di bawah 10 tahun dengan stamina tubuh tidak prima.
“Anak-anak lebih rentan terinfeksi flu singapura karena antibodi dan imunitas tubuh mereka lebih lemah dibanding dengan orang dewasa,” papar Arti.
Karena disebabkan oleh virus, flu singapura termasuk penyakit yang menular. Oleh karena itu, demi mencegah penularan penyakit kepada orang lain, dokter menganjurkan supaya pasien tidak berinteraksi lebih dahulu dengan teman-temannya. “Sebaiknya pasien tidak pergi ke sekolah dahulu, istirahat di rumah sampai sembuh,” kata Arti.
Arti juga mengimbau, apabila di dalam satu kompleks perumahan didapati seorang anak yang terserang flu singapura, sebaiknya orang tua melarang anak-anak bermain dengan penderita. Begitu pula sebaliknya, orang tua pasien mesti menjaga anaknya supaya tidak bermain untuk sementara waktu sampai anak itu sembuh. Apabila penderita memunyai adik atau saudara serumah yang masih kecil, sebaiknya mereka menggunakan masker. Hal lain yang penting diperhatikan ialah menjaga stamina agar daya tahan tubuh kuat, bisa menahan serangan virus penyebab flu singapura. Salah satu cara menjaga stamina tubuh ialah mengonsumsi makanan-makanan bergizi dan sehat.
Jika dilihat dari sejarahnya, penyakit flu singapura sudah ada sejak 1996. Penyakit tersebut dinamakan flu singapura karena awalnya berasal dari Singapura. Pada 2000, penyakit itu sempat mewabah di Singapura sehingga menyebabkan pemerintah setempat mengimbau seluruh restoran siap saji, kolam renang, dan tempat bermain anak-anak ditutup untuk sementara. Ketika itu, 440 taman kanak-kanak dan 557 pusat perawatan anak diliburkan.
Pada perkembangannya, flu singapura menyerang sejumlah negara tetangga, termasuk Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa flu singapura disebabkan oleh virus RNA yang masuk famili Piconaviridae dan genus Enterovirus (nonpolio). Genus yang lain adalah Rhinovirus, Cardiovirus, dan Apthovirus. Di dalam genus Enterovirus terdapat Coxsackie A virus, Coxsackie B virus, Echovirus, dan Enterovirus.
Banyak orang menilai flu singapura tidak berbeda dengan flu burung. Hal itu dikarenakan gejala awal flu singapura hampir sama dengan flu burung, yaitu suhu tubuh meningkat. Anggapan tersebut, ujar Arti, sebenarnya tidak benar. Pasalnya, ada perbedaan yang mencolok antara kedua penyakit tersebut. Flu singapura tidak menimbulkan kematian dan tidak berbahaya, sementara flu burung termasuk penyakit yang mematikan. Infeksi yang disebabkan virus RNA tidak terlampau berbahaya, asalkan penderita segera mendapatkan perawatan dengan benar.
Oleh karena itu, menurut Arti, apabila anak terserang penyakit flu singapura, orang tua sebaiknya jangan langsung panik. Sang anak hendaknya segera diperiksakan ke rumah sakit terdekat. Memang, hingga saat ini, belum ada obat khusus yang digunakan untuk mengobati flu singapura. Namun, dokter biasanya memberikan multivitamin seperti yang biasa diberikan kepada penderita influenza untuk menaikkan daya tahan tubuh penderita.
Penderita juga biasanya diberi obat penurun panas untuk mengatasi demam dan salep untuk menghilangkan bintik-bintik merah di kulit. “Walaupun tidak diberikan obat khusus, dalam tempo tujuh atau 10 hari, biasanya penyakit itu akan sembuh dengan sendirinya, dengan catatan stamina tubuh anak dalam kondisi prima. Meski demikian, obat penurun panas tetap perlu diberikan,” jelas Arti.
Seperti halnya virus lainnya, penularan virus penyebab flu singapura bisa melalui jalur pencernaan dan saluran pernapasan, yaitu dari butiran ludah, ingus, air liur, tinja, cairan dari luka, dan cairan tubuh lainnya. “Selain melalui udara, penularan flu singapura pun bisa melalui percikan air ludah. Ketika penderita tengah bermain lalu dia bersin, maka virus bisa menyebar kepada orang yang ada di sekitarnya. Orang itu pun akan tertular,” terang Arti.
Selain penularan langsung, penyakit dapat menular melalui kontak tidak langsung, yakni melalui barang-barang, seperti handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang sudah terkontaminasi. faisal chaniago. (krn Jkt)