*UMKM Sukses Ekspor (1)
BAGI sebagian orang, pelepah pisang hanyalah sampah yang tak berguna. Namun, tidak halnya dengan Agus Winarno (39). Pria kelahiran Purwodadi ini justru mampu menyulap pelepah pisang menjadi kerajinan tangan unik, bernilai seni dan ekonomi yang berharga.
“Awalnya saya iseng saja, melihat banyak pohon pisang dengan pelepah kering yang berserakan di kampung,” kata Agus.
Tak butuh waktu lama, Agus mengumpulkan pelepah pisang kering sebagai bahan baku utamanya. Selanjutnya, hanya berbekal gunting, triplek dan lem, suami dari Farida Zulva (38) itu berusaha mengkreasikan pelepah pisang menjadi sebuah lukisan.
“Awalnya saya buat bentuk lukisan alam, binatang, dan selanjutnya saya kembangkan ke bentuk-bentuk lainnya,” ujar ayah dari Faradina Ilma (12) dan Audia Kaisha (5).
Agus yang mengaku tak memiliki latar belakang pendidikan di bidang seni ini hanya mengandalkan ‘mood’ dan imaginasi untuk menciptakan karya lukisannya. Lulusan Filsafat Islam IAIN Walisongo ini bisa menyelesaikan satu buah lukisan antara 3 hari sampai satu bulan.
“Satu lukisan itu kalau ‘mood’ bisa selesai cepat. Tapi kalau gak ada ‘mood’ ya bisa lama sekali,” jelas Agus, yang memiliki workshop di Perumahan Jatisari Lestari Mijen, Blok A5/12.
Agus yang memulai terjun di dunia seni pelepah pisang tahun 2006 ini pun tak menyangka, hasil karya yang ditawarkan melalui berbagai ajang pameran ini mampu memantik banyak perhatian pembeli dan pecinta seni.
“Kebetulan lewat jaringan relasi lama, saya ditawari untuk ikut pameran. Dari situlah karya lukis pelepah pisang mulai dikenal dan banyak peminatnya,” kata Agus, yang sebelumnya pernah bekerja di industri furniture.
Menurutnya, dalam sebulan setidaknya ada puluhan karya yang terjual. Lukisan pelepah pisang beraliran realis itu dijual dengan harga bervariasi, mulai Rp300 ribu hingga Rp3 jutaan, tergantung gambar dan tingkat kesulitannya.
“Saat ini permintaannya tak hanya dari dalam negeri saja, tapi dari luar negeri juga ada,” terangnya.
Terkait kendala yang dihadapi untuk membuat lukisan pelepah pisang yakni musim hujan. Bahan baku pelepah pisang saat musim hujan susah didapat, karena banyak yang busuk.
“Kalau musim hujan sulit cari bahan baku yang berkualitas, karena kita butuh bahan yang kering alami. Jadi, saat musim kemarau saya kumpulkan dulu bahan bakunya,” ungkapnya.
Dijelaskan, untuk membuat produk kerajinan yang berkualitas baik, tentu harus menggunakan bahan baku pelepah pisang yang baik juga. Untuk itu, harus bisa memilih jenis pelepah pisang yang mempunyai kualitas baik, salah satunya yang sudah kering di pohon, sehingga tidak perlu lagi mengalami proses penjemuran.
“Agar kesan produk yang dihasilkan lebih alami, sebaiknya juga tidak usah menggunakan pewarna ataupu pengawet buatan. Warnanya alami saja dari pelepah pisang tersebut,” jelasnya.
Adapun untuk merekatkan potongan-potongan pelepah pisang, lanjutnya, bisa menggunakan lem seperti lem kertas, atau lem fox yang biasa dijual di pasaran. Meski lem fox harganya sedikit lebih mahal, tapi itu sebanding dengan daya rekatnya yang kuat.
“Untuk media merekatkan pelepah pisangnya, bisa menggunakan triplek sebagi tempat melukis. Selanjutnya, agar pelepah pisang bisa menempel secara merata juga bisa mengunakan pemberat ketika menempelkan pelepah pada media,” tuturnya.(aln)