JOGJAKARTA A- Seperti halnya empat tahun penyelenggaraan sebelumnya, Kustomfest, Festival Kustom Kulture Indonesia, selalu mengapresiasi pengunjung yang hadir untuk melihat karya-karya terbaik Indonesia dengan menyediakan satu unit Lucky Draw.
Soal pembuatan Lucky Draw, Retro Classic Cycles Yogyakarta bukan sekadar mengkreasi sisi engineering yang berbeda, namun dari detail konsep pun hadir dengan pemikiran berlatarbelakang budaya Nusantara dipadukan aspek teknologi istimewa.
Lulut Wahyudi, pemilik Retro Classic Cycles pun tidak melulu mengeksplorasi budaya Yogyakarta, namun kekayaan warisan budaya di berbagai daerah di Indonesia ikut mewarnai inspirasinya.
”Kustomfest adalah event yang memadukan antara art dan engineering di mana semua penggemarnya datang dari seluruh Indonesia. Inilah tempat kami mencurahkan segala gagasan, ide dan kemampuan rancang bangun kendaraan berlatar inovasi. Ini termasuk yang melatarbelakangi kami membuat lucky draw di Kustomfest,” buka Lulut Wahyudi.
Dan tahun ini, dari berbagai perjalanan seorang Lulut Wahyudi yang terus menyebarkan virus untuk berkarya dalam konteks kustom kulture kepada para builder di daerah, menangkap warisan luhur budaya Cirebon.
Adalah Kereta Paksi Naga Limandi Kesultanan Kanoman yang dibuat pada Tahun 1350 Saka atau tahun 1428 Masehi oleh Pangeran Losari, yang menjadi kereta kebesaran Sunan Gunung Jati Cirebon, menjadi inspirasi Lulut Wahyudi merancang kustom bike Lucky Draw Kustomfest 2016 berjuluk Kebo Bule.
“ Saya lama termenung melihat detail kereta kencana tersebut karena berbeda dengan yang pernah saya lihat sebelumnya. Pada jaman itu, sudah menonjol sisi teknologi yang membuat kereta itu nyaman ditumpangi, antara lain soal konstruksi rodanya yang memperhatikan kenyamanan penumpangnya,” sebut Lulut.
Pulang ke Yogyakarta, dengan waktu yang relatif singkat, hanya 30 hari pengerjaan, Lulut meramu inspirasi dari kereta Paksi Naga Liman ke dalam sosok motor kustom berbasis American Traditional Old School Chopper bernuansa motif Cirebon. Inilah yang tidak dilupakan Retro Classic Cycles di setiap karyanya, di mana sisi kearifan lokal tetap terjaga meski selalu mengajak untuk berwawasan global.
“ Kenapa saya pilih gaya tradisional chopper Amerika,karena chopper itu selalu abadi dan saya ingin mempersembahkan karya istimewa ini di Kustomfest 2016 bertema Reborn Legend yang kelima dan menghadirkan banyak legenda. Dan Retro Classic Cycles itu tidak “harus” berkiblat ke Jogja, namun apapun inspirasi budaya Nusantara seperti halnya motif Cirebonan ini bukti respek kami dikombinasikan dengan seni rancang bangun dalam dunia kustom,” sebutnya.
Meski dengan waktu terbatas,Lulut mencurahkan segala kemampuan dalam craftmanship motor ini agar benar-benar berkarakter, sedap dipandang dan tentu saja nyaman dikendarai sesuai pakem di Retro Classic Cycles.
Setiap detail mulai dari konstruksi frame, pemilihan setang dan posisi mengendarainya telah dirancang sedemikian rupa agar Kebo Bule yang berarti Raksasa Putih ini memunculkan kesan glamour serta menonjolkan paduan kuat antara art dan engineering.
“ Saya telah berkeliling daerah di Indonesia dan terus mempelajari bagaimana para builder merancang motornya dan teknik pengerjaannya. Melalui Kebo Bule ini, saya menyempurnakan apa yang didapatkan dengan memperhatikan semua sudut. Misalnya perpaduan fork springer dengan dimensi handlebar mini ape hanger untuk menjadi satu ciri sosok chopper bergaya tradisional namun tidak meninggalkan sisi ergonomis dan kenyamanan handling-nya ,” tegas Lulut.
Soal pemilihan mesin American V Twin Sportster pun, Lulut tidak serta merta mengaplikasikan ke dalam frame rigid rancangannya. Namun, penuh dengan rekayasa seni agar berbanding sejajar bersama karya handmade Retro Classic Cycles, termasuk aksesori mesin dari EMD.
Dalam hal painting, Lulut juga kini tengah mendorong painter muda Titah Argayoga dari Retro Syndicate Kustom Paint mengeksplorasi kemampuannya sehingga dipercaya melabur si Kebo Bule, tutupnya. (aln)