– SEMINAR- Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo, Kepala Kantor Wilayah 2 BCA Semarang Yandi Ramahdani, Executive Vice President Corporate Social Responsibility BCA Inge Setiawati dan CEO PT. Deltomed Laboratories Muljo Hardjo Rahardjo, saat mengisi Economy Outlook 2019, di Hotel Gumaya Semarang. FOTO : ANING KARINDRA
SEMARANG – PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memfasilitasi pertemuan antara bagi 50 pengusaha jamu di Jawa Tengah dan petani jahe emprit binaan perseroan. Kegiatan yang dikemas dalam Economy Outlook tersebut diharapkan bisa menghasilkan kolaborasi antar pengusaha dengan petani.
Executive Vice President Corporate Social Responsibility BCA, Inge Setiawati mengatakan, petani jahe emprit binaan menghadiri outlook sekaligus pameran produk. Harapannya, terjadi kolaborasi usaha antara pengusaha Jamu dan Industri terkait Jamu dengan para Petani Jahe Merah Binaan BCA.
“Petani jahe emprit dalam acara tersebut merupakan nasabah KUR BCA yang tersebar di beberapa kota seperti, Pemalang, Jepara, Tegal dan Kudus. Para petani juga dibina PT Azma Agro Nusantara selaku caretaker kredit. Mereka juga melatih petani pembibitan, pemupukan, hingga penanaman,” kata Inge, disela Economy Outlook 2019, di Hotel Gumaya Semarang.
Hadir dalam acara economy outlook, Komisaris Independen BCA Cyrillus Harinowo, Kepala Kantor Wilayah 2 BCA Semarang Yandi Ramahdani, Executive Vice President Corporate Social Responsibility BCA Inge Setiawati dan CEO PT. Deltomed Laboratories Muljo Hardjo Rahardjo bersama pengusaha jamu dan petani Jahe Emprit Binaan BCA.
Inge menambahkan, BCA melalui Solusi Bisnis Unggul telah melakukan pembinaan para petani Jahe Emprit yang juga berperan sebagai debitur KUR BCA, yang saat ini tersebar di beberapa kota, seperti, Pemalang, Jepara, Tegal dan Kudus.
Pada Agustus 2018 lalu, BCA melalui program Bakti BCA juga menyalurkan bantuan berupa pembinaan kepada kelompok petani NU dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada kelompok Petani NU di daerah Pemalang dan Jepara.
Komisaris Independen BCA, Cyrillus Harinowo menjelaskan, jamu merupakan obat tradisional Indonesia yang telah menjadi budaya masyarakat sejak jaman dahulu kala, sebagai bagian dari upaya menjaga kesehatan dan menambah kebugaran. Di tengah munculnya obat-obat modern, obat tradisional keberadaanya sejatinya masih diperlukan dan cukup berpengaruh secara signifikan di beberapa kalangan.
“Oleh karena itu, BCA merasa perlu untuk turut melestarikan keberadaan pengusaha jamu yang tergabung dalam UMKM ini. Apalagi revolusi industri 4.0 mendorong berbagai sektor untuk menyesuaikan perkembangan produksi dan manufakturnya, termasuk industri obat dan makanan,” tandasnya.(aln)