SEMARANG – Beam Mobility menggandeng Pemerintah Kota Semarang meluncurkan layanan sepeda elektrik berbagi.
Head Of Public Affairs & Government Realation PT Beam Mobility Indonesia, Ady Muzadi mengatakan, Beam telah mengoperasikan layanan e-scooter dan e-bike berbagi di lebih dari 40 kota di Australia, Selandia Baru, Malaysia, Thailand, Korea, dan Turki.
“Indonesia adalah negara pertama yang mengoperasikan layanan armada terbarunya ebike, Beam Rover,” kata Ady di Semarang, Sabtu (24/9/2022).
Adapun, Beam Rover akan diluncurkan di area populer sekitar Simpang Lima, pusat Kota Semarang dan dapat beroperasi di 4 area yaitu Jalan Panandaran, Jalan Gajah Mada, Jalan Pemuda dan Jalan Mayjen Sutoyo.
“Pengguna dapat dengan mudah mendaftar, membuka kunci, dan mengendarai Beam Rover melalui aplikasi Beam,” ujarnya.
Dijelaskan, seluruh armada Beam Rover memiliki batas kecepatan maksimal 25km/jam, dilengkapi dengan fitur komunikasi IoT yang dapat mengunggah status setiap kendaraan secara langsung.
Hal ini memungkinkan Beam untuk menerapkan geofence, mendeteksi jika terdapat permasalahan pada kendaraan dan memperbarui kondisi kendaraan di lapangan, termasuk ketika baterai perlu diganti.
“Tiap armada juga akan dilengkapi dengan baterai tambahan yang dapat diganti selain baterai bawaan. Hal ini menunjukkan bahwa Beam akan memiliki efisiensi operasi yang maksimal, dan armada yang tersedia secara konsisten di jalanan,” jelasnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin menyampaikan, Semarang terus dihadapkan dengan permasalahan kualitas udara yang kurang baik. Salah satu solusi yang dihadirkan untuk mengatasi hal ini adalah dengan menerapkan opsi mobilitas mikro elektrik yang sudah terbukti di berbagai negara lain.
“Transportasi mobilitas mikro ini menjadi opsi untuk transportasi yang efisien dan rendah emisi. Kami bangga dapat bekerja sama dengan Beam,” tukasnya.
Menurutnya, kolaborasi ini merupakan persembahan kepada masyarakat Semarang. Pihaknya berharap secara perlahan masyarakat dapat meninggalkan gaya hidup berkendara singkat dan mulai menggunakan transportasi mobilitas mikro elektrik untuk melengkapi perjalanan mereka.
“Berdasarkan data historis IQair dari tahun 2017 hingga 2021, dengan konsentrasi rata-rata tahunan PM2,5, kualitas udara Semarang melebihi 5 hingga 10 kali dari batas yang ditetapkan WHO,” ungkapnya.
Dilain sisi, saat ini strategi Mobilitas mikro elektrik menjadi tren alternatif yang dipilih oleh berbagai negara untuk membantu mengurangi emisi karbon/CO2 yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dan Nitrogen Dioxide (NO2 dari aktivitas kendaraan bermotor) yang menyebabkan polusi udara.(aln)