SEMARANG – Penguatan kapasitas masyarakat menjadi salah satu poin penting dalam proses pemberdayaan. Unit Tanggap Darurat Astra (UTDA) melalui Grup Astra Semarang, melakukan upaya tersebut di KBA Tanon Semarang, demi meneguhkan pentingnya pilar aman dan tangguh bagi KBA.
Kegiatan dilaksanakan pada Selasa (25/2/2025), di pendopo KBA Tanon, Ds Ngrawan Kopeng Kab.Semarang. Acara yang dimulai pukul 19.30 dan sempat diguyur hujan, tidak menyurutkan antusiasme warga untuk hadir dalam kegiatan yang dikemas penuh kehangatan.
Kegiatan ini mengangkat tema “Mitigasi dan Pelestarian Alam, Serta Pelatihan P3K Dasar Bagi Petani”. Tema ini dipilih, guna menggugah kesadaran masyarakat dalam upaya melakukan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal. Selanjutnya memberikan pemahaman P3K dasar terhadap kejadian yang lekat dengan profesi mereka sebagai petani.
Pemateri yang dihadirkan dari dua Lembaga yaitu Rendra Agusta, S.Si, M,Si, seorang peneliti independen dari Sraddha Institude. Beliau telah malang melintang di berbagai kawasan Indonesia sebagai seorang filolog dan peneliti mandiri. Dan juga Ari Sri Hidayat, Budi dan Dwi dari BPBD Kabupaten Semarang.
Acara dihadiri dari berbagai unsur, seperti pimpinan Astra Grup Semarang, Perangkat Desa Ngrawan, Pengurus KBA Tanon, para pemandu wisata di Desa Menari Tanon, pegiat Sanggar Omah Cikal dan tentu saja warga masyarakat Tanon. Kegiatan ini dikuti oleh lebih dari 80 orang peserta.
Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Parno selaku Kepala Dusun Tanon. Ia mengucapkan banyak terimakasih kepada Astra yang terus melakukan upaya pendampingan di KBA Tanon dan berharap dari kegiatan ini masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan yang bisa diterapkan dalam keseharian.
Heny Nurul selaku Koordinator Grup Astra Semarang juga menyampaikan, kegiatan dari UTDA (Unit Tanggap Darurat Astra) ini diharapkan dapat memberikan pembekalan kepada masyarakat saat terjadi bencana. Warga KBA Tanon yang tinggal di kaki gunung Telomoyo dapat memahami potensi potensi bencana alam yang mungkin terjadi di tempat tinggal mereka sekaligus dapat mengerti akan adanya tanda-tanda alam akan terjadinya bencana alam seperti gunung meletus, banjir dan tanah longsor.
“Harapannya, saat bencana itu datang warga sudah tahu apa yang harus dilakukan agar dapat minimalkan korban,” kata Heny.
Kang Trisno selaku ketua KBA Tanon yang sekaligus menjadi moderator menyampaikan, secara kesejarahan kawasan Gunung Telomoyo pernah mengalami bencana besar. Hal ini perlu disikapi dengan upaya mitigasi berbasis pelestarian dan kearifan lokal.
Sesi pertama disampaikan oleh Rendra Agusta mengupas mulai dari Bio-Indikator (perubahan perilaku satwa dan tumbuhan) sebagai tanda tertentu terkait datangnya bencana alam, dilanjutkan Pembahasan berbagai kearifan lokal warisan leluhur dalam upaya mitigasi bencana.
Selain bencana alam, juga disampaikan berbagai konflik sosial sebagai bentuk bencana yang perlu diwaspadai dan dilakukan upaya pencegahan. Secara khusus Rendra juga menyampaikan tentang tipologi geografi dan sejarah kawasan Gunung Telomoyo sisi timur yang memang memiliki potensi kebencanaan lebih dibanding sisi barat gunung. Termasuk upaya mitigasi botani, terkait tanaman apa saja yang perlu ditanam sebagai langkah mitigasi bencana.
Hal ini penting dipahami masyarakat, mengingat Dusun Tanon, Desa Ngrawan berada disisi timur lereng Gunung Telomoyo. Bahkan Desa Ngrawan sendiri mengalami relokasi pemukiman besar-besaran akibat longsor besar pada 8 April 1880. Peristiwa longsor yang diawali dari gempa bumi dan hujan deras terus menerus dikawasan Gunung Telomoyo.
Sesi pemaparan materi berikutnya disampaikan oleh tim BPBD Kabupaten Semarang. Materi tentang P3K dasar bagi petani ini sangat penting. Mengingat banyak kesalahan yang terjadi dalam upaya melakukan pertolongan saat terjadi musibah.
Contoh praktis dengan praktek misal menangani luka akibat kena sabit, jatuh maupun gigitan ular sangat berkesan. Materi ini sangat lekat dengan kehidupan keseharian masyarakat sebagai petani.
Setelah penyampaian materi oleh kedua narasumber, disambung dengan sesi tanya jawab. Dari hasil tanya jawab masih ada PR yang harus diselesaikan oleh masyarakat maupun tim BPBD mengenai ‘wabah tikus’ yang sekarang merusak kondisi tanah dan tanaman warga.(aln)