Aning Karindra Ariyanti, Semarang, 27 April 2021
PERKENANKAN saya untuk berbagi cerita pengalaman terpapar Covid19. Saya dinyatakan positif covid pada 7 Februari 2021 melalui swab antigen, setelah merasakan seminggu badan meriang, nyeri otot2 tubuh, pusing berat, hidung tersumbat, tenggorokan panas, menggigil, serta diikuti hilang rasa dan penciuman. Sempat 3 hari isolasi mandiri di rumah (7-10 Februari) sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit 10 hari (10-19 Februari) karena dada terasa dingin seperti disayat-sayat dan ngos-ngosan. Saya memiliki komorbid obesitas (87 kg), diabetes dan asam lambung.
Di rumah sakit kembali dilakukan 3 kali swab PCR, yakni 11 Februari (NEGATIF), 13 Februari (POSITIF), dan 18 Februari (NEGATIF). Tanggal 19 Februari diperbolehkan pulang dan sesuai prosedur melanjutkan isolasi mandiri 14 hari sampai 5 Maret 2021.
Total 35 hari, keluhan yang masih tersisa saat itu batuk dan ngos-ngosan. Kadar gula puasa (rata2 150-170) dan gula sewaktu (rata2 150-290), serta tensi selalu tinggi (atas 130-150/bawah 90-100). Padahal sebelumnya tidak punya riwayat hipertensi. Pada 20 Maret badan dah enakan, hanya tersisa sering lelah yang berlebih, gula dan tensi yang masih suka tinggi. Aktifitas masih banyak dari rumah dengan protkes ketat.
Tapi pada awal April (1,5 bulan pasca negatif), gejala2 awal covid seperti muncul lagi. Badan nyeri meriang, pusing, sensasi dada dingin dan berdebar terasa asam lambung naik, tangan dan kaki sering terasa dingin menggigil di tengah situasi panas. Cemas, panik… Dan berusaha mencari pengobatan ke dokter. Bahkan sampai ke 4 dokter yang berbeda, mulai dokter umum, dokter syaraf, dokter paru, dokter penyakit dalam.
Keempat dokter menyatakan saya terkena Long Covid. Apa yang saya rasakan, merupakan efek dari covid. Pada intinya keempat dokter ini hanya memfokuskan pengobatan pada asam lambung, gula dan hipertensi, serta pemberian vitamin saja. Saya minta rontgen, rekam jantung, dan cek darah pun belum direkomendasikan.
Memang betul seminggu dari pengobatan itu agak enakan di badan. Dan saya masih terus melakukan aktifitas kerja dari rumah.
Namun sekarang, 2 bulan lebih dari negatif covid, gejala itu muncul lagi. Dada berdebar-debar, badan meriang, nyeri2 otot, suka menggigil di tangan dan kaki, serta pusing. Gula darah dan tekanan darah, meski sudah rutin diobati dan menjaga pola makan masih tetap tinggi.
Benar-benar, efek covid ini telah menurunkan kualitas hidup saya. Apalagi saya termasuk orang yang sangat parno dan mudah cemas. Oh ya…efek covid juga sudah mengganggu siklus menstruasi saya dimana 2 bulan baru haid. Padahal sebelumnya normal.
Jadi… Intinya, 2 bulan lebih pasca negatif covid, saya masih merasakan cepat lelah, gampang ngos-ngosan, dada tiba2 sering berdebar-debar, asam lambung sering kumat naik, gula dan tensi bertahan tinggi, sering muncul sensasi menggigil, dan siklus menstruasi yang terganggu.
Bagi orang yang melihat dan belum pernah merasakan pasti akan bilang lebay, malas, dan lain-lain.
Adakah para penyintas covid yang merasakan hal serupa?