C
Rabu, September 3, 2025

Buy now

Sido Muncul Dorong Pemanfaatan Herbal Menuju Indonesia Sehat, Lewat Seminar Nasional di Fakultas Kedokteran Unnes


SEMARANG – PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk terus menunjukkan komitmennya dalam mendorong saintifikasi jamu dan pemanfaatan obat herbal di dunia kesehatan modern. Melalui produk unggulannya, Tolak Angin, Sido Muncul kembali menggelar ‘Seminar Nasional Pemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat’, di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Semarang (Unnes), Selasa (2/9/2025).

Seminar ini menjadi yang ke-53 sejak pertama kali digelar pada 2007. Sebanyak 250 peserta dari kalangan dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan berpartisipasi, baik secara langsung di Ruang B106 Fakultas Kedokteran Unnes maupun daring melalui Zoom Meeting.

Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud nyata kontribusi perusahaan dalam mengangkat jamu agar semakin diakui secara ilmiah. Saintifikasi jamu berbasis penelitian dan pelayanan kesehatan sangat penting untuk menjadikan jamu sebagai bagian dari sistem kesehatan nasional.

“Kalau dunia kedokteran, ide saya adalah bagaimana pemanfaatan herbal ini bisa masuk ke fakultas kedokteran, dipelajari khasiatnya secara ilmiah. Jadi bukan sekadar tradisi, tetapi ada dasar penelitian dan pembelajaran. Tugas kami di pabrik jamu adalah menyiapkan bahan baku obat herbal yang terstandar, misalnya jahe, temulawak, atau kunyit. Dengan begitu, dokter bisa yakin saat menggunakan produk herbal sebagai pendamping obat farmasi,” kata Irwan.

Irwan menekankan, literasi herbal untuk tenaga medis sangat penting. Seminar yang digelar berulang kali, kata dia, merupakan strategi agar dokter lebih memahami kelebihan dan keterbatasan obat herbal.

“Obat farmasi saja tidak akan jalan kalau tidak ada partner dokter. Begitu juga jamu, harus didukung oleh dokter. Makanya kami menyasar kalangan medis agar mereka tahu kegunaan herbal ini secara detail. Kalau dokter sudah tahu, mereka bisa meresepkannya bersama obat farmasi kepada pasien,” tukasnya.

Irwan menjelaskan, dari rangkaian seminar ini, Sido Muncul juga tengah menyiapkan kompendium herbal berupa buku riset dan catatan manfaat berbagai tanaman obat. Kompendium tersebut akan dibagikan kepada para dokter sebagai rujukan.

“Jadi misalnya dokter ingin tahu kunyit itu fungsinya apa, temulawak untuk apa, jahe untuk apa, semua ada catatannya. Kalau mereka sudah paham, saya yakin penggunaannya bisa lebih cepat masuk ke layanan kesehatan,” jelasnya.

Menurutnya, pendekatan melalui jalur kedokteran jauh lebih efisien dibanding menciptakan jalur baru.

“Kedokteran sudah menjadi pintu resmi. Kalau kita bikin jalur sendiri, malah tidak efisien. Maka kami ingin meyakinkan dokter bahwa herbal ini aman, standar, dan bisa digunakan sesuai kebutuhan pasien,” ungkap Irwan.

Acara menghadirkan enam narasumber yang terbagi dalam dua sesi. Pada sesi pertama, hadir Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI, Mohamad Kashuri; Direktur Produksi dan Distribusi Farmasi Kementerian Kesehatan RI, Dita Novianti Sugandi Argadiredja; serta Irwan Hidayat yang membahas industri herbal berbasis Good Manufacturing Practices (GMP).

Sesi kedua diisi oleh Dr. dr. Neni Susilaningsih dari Universitas Diponegoro dengan materi uji manfaat Tolak Angin; Dr. apt. Ipang Djunarko dari Universitas Sanata Dharma dengan pembahasan uji toksisitas subkronis Tolak Angin; serta Prof. Dr. dr. Mahalul Azam, Dekan Fakultas Kedokteran Unnes, yang menyoroti peran perguruan tinggi dalam riset fitofarmaka.

Irwan berharap, dengan kolaborasi antara industri, pemerintah, dan akademisi, pemanfaatan herbal dapat semakin berkembang dan berkontribusi besar terhadap program Indonesia Sehat.

“Harapan kami, jamu tidak hanya dilihat sebagai tradisi, tetapi juga sebagai bagian dari pelayanan kesehatan modern yang berbasis riset dan standar internasional. Kalau industri bisa menyiapkan produk yang standar, pemerintah membuat regulasi yang tepat, dan akademisi melakukan penelitian, maka jamu bisa benar-benar jadi tuan rumah di negeri sendiri,” tutupnya.

Rektor Unnes, Prof. Dr. S. Martono, M.Si., menyambut baik penyelenggaraan seminar ini. Ia menilai, forum semacam ini dapat membuka wawasan masyarakat sekaligus meluruskan berbagai mitos yang kerap muncul terkait obat herbal maupun farmasi.

“Obat herbal sering kali hanya dipandang dari sisi tradisi, sementara obat farmasi dianggap satu-satunya solusi. Padahal keduanya bisa berjalan beriringan jika dilihat dari perspektif ilmiah. Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk membuka pemahaman baru, bahwa herbal juga bisa menjadi bagian dari pelayanan kesehatan modern,” terangnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Unnes, Prof. Dr. dr. Mahalul Azam, M.Kes., menegaskan, pihaknya terus mendorong kolaborasi riset dan inovasi di bidang herbal. Apalagi, di Fakultas Kedokteran Unnes, mahasiswa sudah mulai melakukan penelitian dan menciptakan inovasi berbasis tanaman obat.

“Seminar ini memperkuat semangat kami untuk terus mengembangkan riset fitofarmaka agar bisa memberikan manfaat nyata bagi dunia medis dan masyarakat,” tandasnya.(aln)

Aning Karindra
Aning Karindrahttp://ketaketik.com
Aning Karindra (Alin) || Blogger || Jurnalis || www.ketaketik.com || ketaketikita@gmail.com || 08122776668 || Semarang, Jawa Tengah, Indonesia || Instagram : ketaketikcom || Twitter : ketaketik || Facebook : ketaketikcom || FanPage : ketaketikcom || Ketaketik.com dibangun sejak 2015. Portal ini merupakan bagian dari aktifitas blog jurnalis yang dikelola pribadi dan mengabarkan informasi yang layak Anda simak dan bagikan. || Konten Ketaketik.com dapat dipertanggungjawabkan, karena disajikan secara profesional melalui proses jurnalistik, dengan melihat, mendengar, dan menyampaikan pesan yang akurat. ||

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0FansSuka
3,912PengikutMengikuti
4,541PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img

Latest Articles