SEMARANG- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pabrikan kopi untuk melakukan inovasi produknya. Langkah ini seiring minat masyarakat akan kopi semakin tinggi, sekaligus upaya memberikan nilai tambah pada komoditas unggulan Indonesia.
Dirjen Industri Agro Kemenperin, Panggar Susanto mengatakan, ragam olahan kopi dapat ke depan dapat terus dikembangkan. Dengan begitu, komoditas kopi memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
“Selain biji kopi yang berkualitas, produk kopi olahan juga penting untuk komoditas ekspor, sehingga perlu pengawalan proses produksi kopi mulai dari kebun hingga panen, agar hasilnya berkualitas,” katanya, disela acara ‘It’s Coffee Day’ Hari Kopi Internasional, di Semarang Town Square.
Menurutnya, biji kopi yang berkualitas ini sangat berpotensi untuk ekspor, baik dikirim dalam bentuk kopi ataupun olahan. Namun begitu, hasil olahan kopi juga perlu ditingkatkan kuantitasnya.
“Saat ini ekspor olahan kopi baru 40%, selebihnya adalah dalam bentuk biji,” ungkapnya.
Seperti diketahui, nilai ekspor kopi olahan dari Indonesia ke negara lain mencapai 365,79 juta dolar AS. Sedangkan biji kopi 1,2 miliar dolar AS.
“Kopi olahan ini jumlahnya masih terlalu kecil, seharusnya masih bisa ditingkatkan dengan memperbanyak ragamnya seperti kopi instan ataupun kopi mix, dan lainnya. Apalagi, konsumsi kopi dunia juga meningkat seiring gaya hidup minum kopi yang berkembang di sejumlah negara seperti, Tiongkok, Korea, dan Jepang,” terangnya.
Dijelaskan, sebelumnya negara-negara tersebut tidak ada tradisi atau kebiasaan minum kopi. Namun, sekarang banyak kafe kopi di negara tersebut karena minum kopi kini menjadi bagian dari gaya hidup.
“Tapi peningkatan konsumsi kopi juga perlu diiringi dengan peningkatan produktivitasnya. Jangan sampai produktivitas kopi kita turun, lalu harganya menjadi mahal. Sebab, kalau itu terjadi bisa jadi kopi luar malah masuk ke negeri ini,” jelasnya.
akil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jateng, Moelyono Soesilo menambahkan, saat ini ekspor kopi Indonesia turun jadi posisi 5, karena produktivitasnya turun. Indonesia kalah dengan Brasil, Vietnam, Kolombia, dan Ethiopia.
“Ekspor kopi turun 50% karena el nino dan tahun ini ditakutkan semakin turun karena la nina,” imbuh Moelyono, yang juga eksportir kopi dari PT Taman Delta Indonesia.
Untuk itu, dalam peringatan Hari Kopi Internasional ini pihaknya mengajak semua pemangku jabatan untuk sama-sama mendorong produktivitas kopi mulai dari kebun hingga panen, dan pengolahan sampai dapat dikonsumsi serta dikirim ke negara lain.
Sementara pada peringatan Hari Kopi Internasional yang dipusatkan di Kota Semarang terselenggara berbagai kegiatan mulai coffee for charity, coffee talk, hingga pameran industri kopi.(aln)