*Diluncurkan BI dan TPID
– APLIKASI SIHATI- Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hendrar; Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo; Kepala Bank Indonesia Semarang, Iskandar Simorangkir; dan anggota TPID Jateng, Jumat (8/1) meluncurkan Aplikasi SiHaTi sebagai CCTV Perekonomian Jateng, di Kantor Bank Indonesia Semarang. Foto : alin
SEMARANG- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah meluncurkan aplikasi berbasis android penyempurnaan dari Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (SiHaTi). Melalui inovasi tersebut, kini pemantauan pergerakan harga dan produksi komoditas dapat diakses melalui mobile phone berbasis android.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Semarang, Iskandar Simorangkir mengatakan, SiHati mobile phone diharapkan dapat menjadi CCTV perekonomian di wilayah Jateng. Saat ini, aplikasi tersebut hanya diperuntukan bagi pemangku kepentingan di tingkat provinsi, seperti Gubernur, Sekda, seluruh Kepala SKPD, Bulog, dan TPID Provinsi Jateng.
“Untuk masyarakat umum tetap bisa melakukan pemantauan harga komoditas melalui website SiHaTi,” katanya, disela Peluncuran Aplikasi SiHaTi.
Menurutnya, aplikasi ini selanjutnya akan dikembangkan ditingkat Kabupaten/Kota. Bank Indonesia menargetkan, hingga triwulan I/2016, seluruh 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah bisa menerapkan aplikasi ini.
“Pengembangan SiHaTi telah dimulai sejak 2013. Awalnya berbentuk situs pemantauan harga, dan menjadi situs pertama di Indonesia. Sejak diluncurkan, kami terus melakukan penyempurnaan,” ungkapnya.
Ditambahkan, melalui pengembangan yang dilakukan, SiHaTi kemudian bisa memberikan tampilan secara lebih informatif. Bahkan, terdapat fasilitas unggah data oleh admin atau petugas survei.
“Selain itu, bagi pemangku kepentingan juga disediakan sarana untuk melakukan virtual meeting. Virtual meeting ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk melakukan diskusi dan mengambil keputusan dengan segera terkait berbagai fenomena perekonomian secara chating atau virtual tanpa melakukan pertemuan fisik,” imbuhnya.
Lewat aplikasi ini, lanjutnya, diharapkan terjadi penanganan yang cepat terhadap lonjakan harga maupun gejolak perekonomian lainnya. Dengan begitu, dapat meminimalkan dampak yang terjadi bagi masyarakat Jateng, khususnya inflasi yang lebih terkendali.
Deputi Gebernur Bank Indonesia, Hendar menjekaskan, perekonomian daerah yang semakin kompleks membuat gejolak ekonomi lebih mudah terjadi di tingkat daerah, termasuk Jawa Tengah. Hal ini menyebabkan munculnya suatu kebutuhan terhadap adanya pemantauan kondisi ekonomi yang akurat, cepat, dan terkini atau dapat disebut CCTV Perekonomian.
“Hasil pemantauan tersebut dapat menjadi masukan dalam merumuskan berbagai kebijakan ekonomi di tingkat daerah,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menuturkan, SiHaTi mobile phone berbasis android merupakan terobosan yang diinginkannya sejak dirinya memangku jabatan sebagai Gubernur Jateng. Keberadaannya tidak hanya sebuah sistem informasi harga dan produksi, tetapi suatu teknologi, solusi, dan inovasi.
“Pada akhirnya ruang dan waktu kini tidak lagi menjadi hambatan untuk saling berkoordinasi dan mengambil keputusan penanganan lonjakan harga dengan segera. Inilah era baru pengendalian inflasi di Jateng,” ujarnya.
Melalui SiHaTi, lanjutnya, dapat memantau terjadinya lonjakan harga komoditas, sekaligus bisa segera mencari solusi bersama untuk mengatasinya. Dicontohkan, jika harga beras atau daging di pasaran tinggi, Gubernur bisa segera mengomandokan Bulog atau instansi terkait lainnya untuk segera melakukan pengecekan dan segera mengambil tindakan untuk mengatasi.
“Terobosan ini juga bisa untuk membaca peta kebutuhan di beberapa daerah, sehingga perannya sangat penting untuk meningkatkan ekonomi Jateng. Pasalnya, bisa sebagai sarana bekerjasama antar daerah atau provinsi di luar Jateng,” paparnya.
Namun demikian, harus ada kedisiplinan dan komitmen bagi mereka yang bertugas menginput data-data tersebut, sesuai dengan prinsipnya yang akurat, cepat, dan terkini.
“Jangan sampai data yang dimasukkan salah atau tidak terkini. Hal ini nanti justru bisa menyesatkan nantinya. Jadi benar-benar harus akurat, cepat dan terkini,” tandasnya.(aln)