SEMARANG- Kondisi perekonomian Cina saat ini belum sepenuhnya membaik. Kondisi ini membuat permintaan produk-produk Jawa Tengah dari negara Tirai bambu tersebut cukup lesu.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah, Frans Kongi mengatakan, perekonomian beberapa negara saat ini sudah mulai bergerak, kecuali Cina yang belum menunjukan pertumbuhan yang signifikan. Padahal, Cina menjadi salah satu negara utama tujuan ekspor Jateng.
“Dengan kondisi ekonomi Cina yang belum membaik, memberikan dampak yang signifikan terhadap ekspor dari Jateng ke negara tersebut,” katanya, kemarin.
Menurutnya, negara pangsa pasar utama ekspor Jateng selama ini adalah Amerika Serikat, Jepang dan Cina. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng nilai ekspor ke Cina pada bulan Februari hanya mencapai US$46,83 juta, jauh di bawah nilai ekspor ke Amerika Serikat yang mencapai US$ 109,81 juta.
“Untuk ekspor ke Amerika relatif masih terjaga dengan baik, karena kondisi ekonominya sudah menunjukan perbaikan,” ungkapnya.
Ditambahkan, tekstil dan barang tekstil, kayu dan barang dari kayu, serta berbagai macam produk hasil pabrik merupakan komoditi utama ekspor Jateng, yang memiliki nilai tinggi. Pihaknya berharap, kondisi ekonomi Global bisa segera membaik, sehingga permintaan ekspor ke negera-negara tujuan utama ekspor Jateng kembali membaik.
“Kami berharap juga. nilai tukar rupiah yang saat ini mengalami penguatan, memberikan dampak positif bagi sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus membaik,” imbuhnya.
Ketua Kompartemen Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng, Deddy Mulyadi Ali menambahkan, menyikapi masih lemahnya permintaan ekspor, para pelaku industri terus melakukan penjajakan pasar baru. Beberapa industri Garment melakukan penjajakan pasar baru ke Australia dan New Zaeland.
“Di era perdagangan bebas Asia (MEA) komoditi ekspor khususnya garmen harus berani berinovasi, dan menggaet pasar baru,” tandasnya.(aln)
