– KETOPRAK- Sejumlah alumnus Fakultas Hukum Undip angkatan 1977 dari berbagai profesi, Sabtu (23/4) malam, tampil memerankan lakon-lakon ketoprak berjudul ‘Hanoman Mencari Cinta’, di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang. Salah satu lakon Begawan Guru diperankan oleh Presiden Direktur FIF Group, Suhartono (keempat dari kiri) yang juga alumnus Fakultas Hukum Undip 1977. Foto : ANING KARINDRA
*Gandeng Alumnus Fakultas Hukum Undip 1977
SEMARANG- Derasnya arus moderenisasi dan globalisasi membuat unsur dan nilai-nilai budaya lokal makin tergerus. Untuk itu diperlukan kepedulian semua pihak untuk mau belajar ataupun sekedar melestarikan kebudayaan yang menjadi warisan nenek moyang.
Alasan tersebutlah yang membuat FIFGROUP menggandeng Ulumnus Fakultas Humum Universitas Diponegoro (Undip) angkatan tahun 1977 untuk berkontribusi dan lebih peduli dalam melestarikan kebudayaan dan kesenian daerah. Langkah tersebut direalisasikan pada Sabtu (23/4) malam, melalui pagelaran ketoprak di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), dengan lakon Hanoman Mencari Cinta.
Presiden Direktur FIFGROUP, Suhartono sebagai salah satu alumnus FH Undip angkatan 1977 mengatakan, pemain ketoprak sebagian berasal dari rekan-rekan semasa kuliahnya, serta ditambah seniman dari Ngesti Pandawa Semarang. Pagelaran ini merupakan wujud kepeduliannya terhadap lingkungan.Â
“Saya semangat banget, soalnya bisa jadi kampanye untuk generasi muda agar lebih mengenal dan mencintai budaya kita sendiri. Selain itu, juga karena kami para alumni jadi bisa bertemu kembali setelah bertahun-tahun,” katanya, saat ditemui Jateng Pos sebelum pementasan berlangsung.
Menurutnya, tidak mudah mengumpulkan teman sejawatnya yang sudah berpencar ke beberapa kota dengan profesi yang beragam, mulai dari pengusaha, hakim, pengacara, dosen, dan sebagainya. Bahkan disela-sela kesibukan yang ada, para alumnus ini masih bisa berkumpul dan berusaha memberikan kontribusi.
Disinggung mengapa memilih seni budaya ketoprak, Suhartono mengakui, agar bisa diselenggarakan di kota lainnya sebagai bentuk kepedulian FIFGROUP terhadap seni budaya.Â
“Sengaja dipilih seni budaya, walaupun ini masih yang pertama, rencananya nanti di daerah-daerah lain juga, misalnya di Semarang main ketoprak, di Surabaya main ludruk, dan sebagainya,” jelasnya.
Dalam pementasan ketoprak tersebut, Suhartono didapuk untuk memerankan tokoh Mahaguru Brahmana Yoga. Meski awalnya sangat canggung, namun Suhartono mampu memainkan tokoh tersebut dengan baik, serta diselingi banyak gurauan.
“Kendalanya dari sisi bahasa, karena ini kan pakai bahasa Jawa kromo inggil. Saat belajar pun harus diterjemahkan dulu artinya,” ujarnya.
Dijelaskan, konsepnya memang dibuat tidak serius, atau mengikuti perkembangan jaman, dan diperbanyak humor, agar generasi muda tertarik untuk menonton.
“Sengaja dibikin begitu karena kami baru bisa kumpul dua hari lalu dan latihan, kalau naskah dikirim lewat email. Salah ndak apa-apa wong ya bukan artis,” terangnya.
Ketua Panitia Pentas Ketoprak, Aldo Yuliardi menyatakan, sangat antusias dengan gagasan Suhartono. Tercatat setidaknya ada 18 alumnus yang bermain ketoprak, sementara yang lainnya membantu mempersiapkan pergelaran.Â
“Ini sekaligus sebagai sarana untuk mengangkat wayang orang Ngesti Pandawa Semarang yang dahulu pernah jaya. Jangan sampai kesenian Ngesti Pandawa ini punah,” ucapnya.
Aldo mengungkapkan jika untuk mengumpulkan teman seangkatan dengan jabatan dan pekerjaannya saat ini bukan perkara mudah. Namun berkat komitmen semuanya akhirnya bisa bermain ketoprak.
Sementara, dalam pementasan kemarin pihak panitia juga menggandeng pelawak kondang Kirun dan Marwoto, serta Whawin Lawra. Dana yang terkumpul dari ketoprak ini disumbangkan untuk Ngesti Pandawa, termasuk ada beberapa ‘momen’ foto dari alumnus yang dijual untuk disumbangkan.(aln)Â