*Kendalikan Laju Inflasi
KARANGANYAR- Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng mengembangkan klaster bawang putih di 8 kabupaten. Langkah ini dilakukan untuk mengendalikan laju inflasi yang salah satunya dipengaruhi komoditas tersebut.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Iskandar Simorangkir mengatakan, selama ini bawang putih rata-rata memberikan kontribusi sebesar 0,65% terhadap laju inflasi. Dengan harga bawang putih impor yang rendah, menjadikan produktivitas bawang putih lokal mengalami penurunan.
“Kita mengalami fluktuasi produksi bawang putih. Sejak tarif impor bawang putih dihapuskan, maka bawang putih masuk dengan bebas ke Indonesia. Akibatnya produksi bawang putih lokal anjlog, dan pengaruhnya ke inflasi,” katanya, disela Launching dan Penandatanganan Kerjasama Klaster Program Pengendalian Inflasi Komoditi Bawang Putih dengan 8 Kabupaten, di Tawangmangu, Karangayar, kemarin.
Menurut Iskandar, saat ini produktivitas bawang putih secara nasional hanya 20.000 ton per tahun. Jumlah ini menurun drastis dari tahun 1996 yang mampu memproduksi sebanyak 146.000 ton.
“Saat ini kebutuhan bawang putih mencapai 490.000 ton per tahun, dan 95% masih dipenuhi dari bawang Impor,” ungkapnya.
Dijelaskan, rendahnya produktivitas bawang putih khususnya di Jateng terjadi akibat dampak dari penurunan penggunaan lahan. Saat ini, banyak petani bawang yang beralih ke komoditi hortikultura selain bawang.
“Disisi lain, petani bawang masih mengandalkan penanaman tradisional. Oleh sebab itu, penggunaan teknologi dan pendekatan budaya perlu digunakan, untuk meningkatkan produktivitas,” jelasnya.
Melihat kondisi tersebut, lanjutnya, BI memandang perlu untuk mengembalikan kejayaan bawang putih di Jawa Tengah, dengan mengembangkan klaster-klaster bawang putih di wilayah yang memiliki potensi bawang putih cukup tinggi. Delapan Kabupaten yang menjadi lokasi demplot pengembangan klaster bawang putih adalah Kabupaten Karanganyar, Temanggung, Tegal, Purbalingga, Banjarnegara, Pemalang, Batang dan Pekalongan, dengan total lahan seluas 28 hektar.
“Melalui uji coba pengembangan klaster itu, petani diajak untuk menanam bawang sesuai dengan standar penanaman yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB). Target kami, setiap hektar lahan mampu memanen setidaknya 20 ton, atau naik dari sebelumnya yang hanya mampu panen sekitar 8-10 ton per hektar,” terangnya.
Melalui pengembangan ini, imbuhnya, nanti tidak hanya di 8 Kabupaten, tetapi juga ditularkan ke kabupaten lain, untuk terus meningkatkan produktivitas bawang putih di Jawa Tengah. Bahkan kedepan, dengan semakin tingginya produktivitas bawang putih, Jateng akan menjadi pusat produksi bawang Indonesia, dan diharapkan akan ada swasembada bawang putih.
“Dengan begitu impor bawang akan bisa ditekan atau bahkan kita bisa tidak tergantung terhadap impor karena produktivitas memenuhi,” tegasnya.
Seperti diketahui, sebelumnya BI juga sudah mengembangkan klaster-klaster lain, seperti klaster Jagung, sapi dan lainnya di sejumlah daerah di Jateng.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo berharap, adanya pengembangan klaster akan ada peningkatan pasokan pada Januari 2017 mendatang. Dengan peningkatan produktivitas, harga bawang dipasaran bisa lebih stabil dan terus mampu menekan inflasi di Jateng.
“Klaster ini nanti akan kita pantau dan dikontrol supaya hasilnya bisa maksimal, sehingga pasokan meningkat,” pungkasnya.(aln)