SEMARANG- Sejumlah produsen dan distributor alat-alat kesehatan (alkes) belakangan merasakan lesunya kondisi pasar di semester II/2016 ini. Pasalnya, sejumlah rumah sakit sebagai pasar potensialnya menekan pengadaan alkes, seiring pemangkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2016 oleh pemerintah.
Kepala Cabang PT Tawada Healthcare Jateng-DIY, Gatot Wibowo mengatakan, saat ini banyak rumah sakit negeri yang masih menunggu pencairan dana untuk pengadaan barang pada September nanti. Jika kucuran dana yang diterima tidak sesuai dari rencana semula, maka akan berimbas pula pada melemahnya pasar alat kesehatan.
“Sejumlah rumah sakit negeri sendiri masih ‘wait and see’ untuk pengadaan barang. Mereka khawatir anggarannya tidak sesuai harapan, dan masih menunggu kepastian jumlah anggaran dana yang turun dari pusat,” katanya, saat ditemui disela Hospital Expo, di Patra Jasa Semarang.
Dijelaskan, sebelumnya pada semester I/2016 penjualan alat kesehatan naik 30% dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, adanya APBN Perubahan 2016, dikhawatirkan akan membuat target perusahaan hingga akhir tahun sedikit terkoreksi.
“Selama ini kontribusi penjualan alkes di rumah sakit pemerintah cukup besar, porsinya hingga 90% dari total penjualan di PT Tawada Healthcare. Sedangkan target kami pada tahun ini sebenarnya bisa tumbuh 40%,” jelasnya.
Menurutnya, kontribusi terbesar disumbang dari produk head medical, seperti CT Scan, X-Ray, MRI, Cath Lab, dengan porsi 40%. Sedangkan program BPJS sendiri juga mendorong penjualan, dimana setiap rumah sakit harus memiliki alat standar BPJS Kesehatan.
Ketua Kompartemen Organisasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Tengah, dr. H Masyhudi AM, M.Kes menambahkan, kesadaran masyarakat yang lebih tinggi terhadap kesehatan yang prima ikut mendorong tumbuhnya pasar alat kesehatan di Indonesia. Produsen pun kini semakin sadar pengembangan alat termutakhir.
“Kalau soal peralatan dan ahli, rumah sakit di Indonesia tidak kalah dengan negara tetangga, termasuk kelengkapan alat dan termasuk yang paling cepat mengadopsi peralatan kedokteran. Kenapa masih banyak warga Indonesia yang berobat di luar negeri? Itu mungkin karena pelayanan service exelentnya, dan untuk meningkatkan status sosial,” imbuhnya.
Dengan begitu, lanjutnya, untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit di Jawa Tengah, Persi menggelar Hospital Expo di Hotel Patra Jasa Semarang, mulai 30-31 Agustus 2016. Dalam kegiatan tersebut tidak hanya berisikan pameran alat-alat kesehatan terkini saja, tetapi kegiatan tahunan Persi seperti Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan Seminar.
“RAT diikuti 280 anggota yang merupakan pimpinan rumah sakit di Jawa Tengah. Dalam acara tersebut juga akan membahas update terkini soal perumahsakitan, mulai dari peraturan kesehatan, masalah hukum kedokteran dan perumasakitan, serta informasi terbaru mengenai komite medik rumah sakit,” tandasnya.(aln)