SEMARANG- Upaya pengendalian harga kebutuhan pokok yang dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Jawa Tengah pada bulan Oktober berhasil. Hal tersebut tercermin dari inflasi di provinsi ini yang hanya 0,05%, jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng, Margo Yuwono mengatakan, inflasi Jateng berada di bawah inflasi nasional yang berada di level 0,14%. Adapun untuk inflasi Jawa Tengah bulan Oktober dengan indeks harga konsumen (IHK) 123,75 juga lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan September tahun yang sama dengan inflasi 0,09%.
“Dengan capaian inflasi tersebut, secara tahunan, periode Januari-Oktober inflasi Jawa tengah berada di level 1,57% atau lebih rendah dibandingkan nasional dengan inflasi 2,11% pada periode yang sama,” katanya.
Menurutnya, capaian tersebut menunjukkan jika kinerja pengendalian harga di Jawa Tengah bagus. Terlebih adanya aplikasi SiHati yang digagas Bank Indonesia bersama pemerintah daerah yang memungkinkan untuk memantau laju perkembangan harga di lapangan secara bersama-sama beserta solusinya.
“Kita tahu bahwa Pemerintah Daerah dengan Bank Indonesia bekerja sama untuk selalu memonitor perkembangan harga di Jateng dengan SiHati. Ini sangat efektif menekan laju inflasi,” ungkapnya.
Pihaknya menilai, penerapan sistem informasi harga dan produksi komoditi (SiHati) ini memiliki kekuatan sebagai alat untuk mengontrol harga komoditas pokok di Jateng.
Sementara itu, data BPS menunjukkan beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap terjadinya inflasi di antaranya cabai merah, tarif listrik, dan cabai rawit. Meski demikian, masih lebih banyak komoditas yang memberikan sumbangan terhadap deflasi, seperti bawang merah, tarif pulsa ponsel, telur ayam ras, kentang, dan minyak goreng.(aln)