*Mengenal Komunitas Tangan Terampil (1)
MENJADI pelaku usaha kini menjadi dambaan bagi sebagian besar orang. Namun, untuk menjadi pelaku usaha yang sukses diperlukan keterampilan, pengalaman dan jaringan.
Berawal dari komitmennya dalam menciptakan UMKM-UMKM yang mandiri, berkualitas dan profesional inilah, maka Naneth A. Ekopriyono (41), berinisiatif membentuk komunitas ‘Tangan Terampil’. Bersama dua orang rekannya, Titi Agustina (50) dan Alin (32), Naneth berharap bisa memberdayakan para perempuan, yang ingin maju menjadi wirausahawan.
“Kami membentuk ‘Tangan Terampil’ sejak tahun 2014, dengan workshop di Jalan Atmodirono Raya 7C Semarang,” kata wanita yang akrab disapa Naneth.
Naneth menjelaskan, nama Tangan Terampil sendiri dipilih karena dianggap memiliki makna dan doa. Dalam hal ini mewakili kemampuan atau kreativitas para anggota komunitas dan pelaku usaha, dalam menghasilkan sebuah karya atau produk hasil kreasi di kerajinan tangan dan kuliner.
“Jadi, melalui komunitas Tangan Terampil ini kami ingin mewadahi para perempuan yang ingin maju menjadi pelaku usaha, mulai dari pelatihan, keterampilan, managemen, pendampingan hingga pemasaran atau jaringan usaha,” ujarnya.
Menurut ibu dari Bayu, Banu, dan Bening, komunitas Tangan Terampil terbuka bagi siapa saja, khususnya kaum wanita yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk berkembang dan bertekad membantu beban ekonomi keluarga. Apalagi, untuk bergabung di komunitas ini, setiap anggota tidak dibebani biaya apapun.
“Setiap anggota tidak perlu mengeluarkan biaya. Namun, mereka yang bergabung akan mendapatkan banyak keuntungan secara gratis, seperti pelatihan keterampilan tangan, pemasaran, pendampingan, dan lain-lain,” ungkapnya.
Sejak awal berdirinya Tangan Terampil, Naneth memang tidak menitik beratkan pada jumlah anggota, melainkan lebih pada kualitas yang didapat. Dengan begitu, berapa banyak anggota komunitas yang tergabung terus fluktuatif.
“Jadi yang tergabung dan intens mengikuti beragam kegiatan yang digelar Tangan Terampil itu jumlahnya tidak tentu, karena kami memang tidak berorientasi pada besaran anggota. Tapi bagi kami selalu terbuka bagi siapa saja yang berniat belajar menjadi pelaku usaha dan mengembangkan usahanya,” terangnya.
Prinsip tersebut, lanjut Naneth, sengaja diterapkan agar komunitas Tangan Terampil tumbuh sehat dan tidak ada kesenjangan antar sesama anggota. Sesuai visi dan misinya, yakni berperan aktif menumbuhkan dan mengembangkan kualitas pelaku UMKM di Kota Semarang dan sekitarnya.
“Jadi kami semuanya gratis, karena jika dibebankan biaya maka takutnya mereka datang bukan karena kesadaran diri melainkan lebih pada tuntutan karena sudah keluar biaya,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, mereka yang mengeluarkan biaya juga tentu menuntut hal yang lebih dibanding yang keluar biaya sedikit. Itu dikhawatirkan membuat dampak yang tidak bagus.
“Dalam setiap kegiatan, kami mengedepankan interaksi dua arah. Sehingga mampu membangun komunitas yang sehat, serta menjadikan komunitas ini sebagai kebutuhan, bukan karena keterikatan. Saling memotivasi dan berbagi semangat, serta mau berusaha,” ungkapnya.
Naneth menambahkan, komunitas Tangan Terampil melakukan ajang kumpul-kumpul minimal sebulan satu kali. Setiap kegiatan biasanya diikuti oleh 20 anggota, yang berasal dari Semarang dan sekitarnya.
“Para anggota kebanyakan bergerak dalam produksi makanan serta kerajinan tangan. Jadi komunitas ini juga tentunya sebagai tempat bagi-bagi ilmu dan pusat informasi terkait dengan peluang dan pengembangan usaha,” tegasnya.
Sementara, berbagai kegiatan yang telah dilakukan Tangan Terampil antara lain Pelatihan Keterampilan Tangan, seperti membuat aksesoris, manik-manik, sulam pita, membatik, dan lain-lain. Selain itu juga pelatihan managemen, digital marketing, dan kewirausahaan.”Kami juga berupaya melakukan identifikasi dan menggali potensi produk lokal di Semarang dan sekitarnya, serta melakukan kemitraan dan memfasilitasi permodalan dengan pinjaman bunga lunak,” tandasnya.(aln)