SEMARANG- Menjelang akhir tahun, produksi tekstil di Jawa Tengah cenderung stagnan. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Kota Semarang sendiri mencatat, tidak ada pertumbuhan permintaan dibandingkan akhir tahun lalu.
Ketua API Kota Semarang, Agung Wahono mengatakan, jika melihat tren tahun-tahun sebelumnya, biasanya ada peningkatan antara 5-6%. Bahkan, peningkatan produksi biasanya mulai terasa saat 3-4 bulan sebelum akhir tahun.
“Akhir tahun ini produksi tekstil stagnan, tidak ada peningkatan sama sekali,” katanya.
Menurutnya, permintaan pasar yang mengalami peningkatan biasanya dari Amerika Serikat dan Eropa. Pasalnya, kebutuhan tekstil masyarakat di kedua belahan dunia tersebut biasanya meningkat seiring Natal.
“Stagnannya permintaan tekstil kali ini diprediksi karena dampak dari kondisi ekonomi global yang belum kembali pulih, sehingga permintaan dari pasar asingpun tidak mengalami peningkatan,” ungkapnya
Terkait hal tersebut, lanjutnya, pihaknya berharap agar kondisi ekonomi segera pulih seperti sedia kala. Dengan demikian, volume produksi kembali meningkat.
“Apalagi, tekstil sendiri merupakan komoditas ekspor terbesar dari Jawa Tengah. Dengan demikian, kondisi yang terjadi saat ini berdampak terhadap penurunan ekspor secara keseluruhan,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat, angka ekspor Jateng pada bulan Oktober mengalami penurunan sebesar 2,79%. Nilai ekspor Jawa Tengah pada bulan Oktober sebesar 418,94 juta dolar AS atau turun dibandingkan ekspor bulan September sebesar 430,98 juta dolar AS.
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Jawa Tengah, Samiran menuturkan, saat ini salah satu negara tujuan ekspor terbesar Jawa Tengah adalah Amerika Serikat. Menurut data, hingga saat ini negara tersebut belum kembali pulih dari lesunya kondisi ekonomi yang terjadi secara global beberapa waktu lalu.
“Kondisi ini menjadi salah satu pemicu penurunan volume ekspor dari Jawa Tengah secara keseluruhan,” tandasnya.(aln
)