SEMARANG – Potensi pengembangan ekonomi syariah, khususnya di Jawa Tengah masih sangat tinggi. Bahkan, pangsa pasarnya diprediksi sekitar 14%.
Hal tersebut diungkapkan Rahmat Dwisaputra, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Rahmat Dwisaputra, dalam acara puncak Festival Jawa Tengah Syariah (FAJAR) yang digelar di Hotel Gumaya Semarang, Rabu (2/8/2023). Hadir sebagai pembicara dalam kesempatan tersebut Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, serta Direktur PT Taman Wisata Candi, Mohamad Nur Sodiq.
Kegiatan ini merupakan penutup dari rangkaian kegiatan capacity building, business matching, kompetisi, dan showcase produk usaha syariah yang telah berlangsung sejak Juni 2023. Adapun FAJAR kali ini merupakan gelaran ke 4 kalinya sejak 2020, dimana tahun ini mengusung tema ‘Pengembangan Pariwisata Ramah Muslim Untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah yang Inklusif’.
Menurut Rahmat, pangsa aset perbankan syariah di Jawa Tengah pada 2023 juga meningkat dibanding tahun sebelumnya sekitar 10,65%. Sedangkan kredit syariah di Jawa Tengah meningkat sebesar 13,60% (yoy) pada triwulan II 2023.
Dijelaskan, berbagai upaya telah dilakukan BI Jateng untuk mendorong industri halal di Jateng mulai dengan pengembangan Aplikasi Jasirah (Jejak Wisata Sejarah), Modest Fesyen Muslim, Penandatanganan letter of intent (LOI) business matching antara ORGANÄ°C BOTANÄ°C Gida Turizm Ins. San. ve Tic. Ltd. Sti dengan 5 UMKM binaan berbasis syariah.
“Kami terus mendorong percepatan sertifikasi halal bagi rumah potong ayam dan hewan. Melengkapi berbagai program dimaksud, KPwBI Jateng pada kesempatan ini juga menyerahkan program dedikasi untuk negeri kepada 3 (tiga) pondok pesantren dan kelompok sadar wisata di Jateng,” jelasnya.
Rahmat berharap, FAJAR 2023 mampu mendorong percepatan perluasan ekosistem halal, khususnya sektor pariwisata ramah muslim dan modest fesyen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jawa tengah yang inklusif khususnya dan mendukung Indonesia sebagai pusat halal dunia pada umumnya.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung mengatakan, wisata yang ramah muslim tengah menjadi tren dunia dan menjadi peluang bagi Indonesia sebagai negara dengan jumlah muslim terbesar. Saat ini, negara seperti Jepang, Korea Selatan hingga Inggris sudah mengikutinya, sehingga diharapkan tidak ketinggalan.
“Indonesia sebagai negara penduduk muslim terbesar dunia harus bisa memperluas industri halalnya, dibandingkan negara yang berada di posisi puncak saat ini seperti Singapura dan Malaysia,” kata Juda.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen menuturkan, Pemprov sangat serius dalam pengembangan industri halal di wilayahnya. Pemerintah bahkan akan terus memperbaiki fasilitas pada destinasi wisata bagi para pengunjung.
Dalam waktu dekat, lanjutnya, Jateng bahkan akan menjadi tuan rumah gelaran Global Muslim Traveling dan telah meminta agar ada penataan hotel, restoran untuk membuat pengunjung nyaman.
“Saat ini kita umumkan akan ada Global Muslim Traveling Indeks di Indonesia, kami berharap itu bisa di Jateng. Saya minta tuliskan apa saja yang perlu, misal space musala ditambah, makanan dipisah, termasuk hotel. Banyak wisatawan muslim yang datang ke Jateng bertanya ‘Gus, di mana ya wisata yang representatif untuk kami sebagai keluarga muslim’ mereka butuh privasi, kenyamanan,” pungkasnya.(aln)