*TV Lengkung, The Power of Black
Branch Manager Semarang PT LG Electronics Indonesia, Tony Suhartono mengatakan, sebagai gantinya, masing-masing LED (Light Emitting Diode) milik LG di dalamnya memiliki kemampuan menghasilkan pencahayaan sendiri secara organik. Absennya pencahayaan belakang ini secara signifikan memangkas ketebalan TV keseluruhan, menekan konsumsi listrik, dan meningkatkan kemampuan menghasilkan detail gambar dalam warna-warni lebih dramatis.
“Dalam pencahayaan minim pun, OLED mampu mencapai contrast ratio tinggi ketimbang panel LED,” katanya.
Ditambahkan, digunakannya panel OLED pun membuatnya memiliki kelebihan pada peningkatan kecepatan respon (response time). Bila pada panel LCD dan LED sebelumnya ada di kisaran dua sampai empat milisecond, teknologi OLED membuatnya memiliki kecepatan waktu respon 1000 kali lebih cepat.
“Kecepatan ’super’ ini memberi keuntungan terbebasnya pengguna dari kemungkinan distorsi gambar tampak kabur (blur-free),” imbuhnya.
Disamping itu, lanjutnya, teknologi ini memberi detail gambar akurat, bahkan bagi pergerakan objek cepat, seperti yang jamak ditemui dalam film laga ataupun tayangan pertandingan olahraga dengan kecepatan tinggi.
Tony menjelaskan, OLED TV ini merupakan perkembangan dari televisi sebelumnya. Televisi ibarat sebuah ‘kotak ajaib’ yang memiliki kemampuan membawa berbagai ragam hiburan dan informasi, dari dimensi ruang dan waktu berbeda, untuk kemudian menghadirkannya dalam bentuk visual dan audio bagi pemirsanya.
Namun, lanjutnya, gerak evolusi TV belum berhenti seiring proses pencarian manusia akan warna ‘sempurna’, yang membuat TV semakin mampu memindahkan benar-benar keseluruhan warna dari objek aslinya, untuk kemudian merefleksikannya kembali dalam tayangan. Pasalnya, warna hitam kerap tidak nampak.
“Kehadiran OLED TV inilah yang kini mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan televisi yang begitu sempurna,” ungkapnya.
Disebutkan, perlunya warna hitam sempurna dalam menikmati tayangan TV ini ibarat memandang bintang di langit dengan posisi di tengah-tengah kota yang benderang dengan tebar cahaya lampunya. ‘Polusi cahaya’ dari daratan takkan sampai membuat Anda tidak dapat melihat bintang, namun tak benar-benar dapat menikmati kilaunya.
Lain hal bila beranjak jauh dari kota, bahkan sampai pada langit desa yang benar-benar sepi cahaya. Dengan langit yang benar-benar hitam, kilau bintang tampak jauh lebih dramatis di sana.
“Gambaran sederhana ini menunjukkan warna hitam sempurna tak saja memberikan detail lebih baik di tengah tayangan yang didominasi latar belakang gelap, namun pula membuat objek lain akan terlihat lebih jelas,” tandasnya.(aln)