SEMARANG- Sepanjang tahun 2016, Balai Latihan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Jawa Tengah siap melatih 3.050 orang calon wirausaha dari wilayahnya. Pelatihan diberikan dalam rangka membekali masyarakat untuk menjadi calon wirausaha yang berkualitas.
Kepala Balatkop UMKM Jateng, Sugeng mengatakan, setidaknya akan ada 122 angkatan pelatihan dengan jumlah peserta sebanyak 3.050 orang. Dari jumlah tersebut, 67 angkatan untuk pelatihan vokasional dan sisanya untuk pelatihan managerial.
“Hingga akhir bulan Juli, untuk pelatihan vokasional sudah dilakukan kepada 42 angkatan dan managerial sebanyak 38 angkatan. Adapun total peserta yang mengikuti pelatihan hingga saat ini mencapai 1.950 orang,” katanya, disela Pembukaan Pelatihan Angkatan ke-81 dengan 150 peserta, kemarin.
Menurutnya, beberapa pelatihan yang diselenggarakan hingga satu minggu ke depan adalah pelatihan komputer akuntansi, pelatihan manajemen pemasaran tingkat dasar, pelatihan penyusunan strategi pembiayaan usaha, pelatihan ketrampilan usaha produktif bidang batik tingkat mahir, pelatihan manajemen pemasaran tingkat lanjutan, pelatihan manajemen pemasaran dan komunikasi bisnis.
“Khusus untuk pelatihan manajemen pemasaran dan komunikasi bisnis selesainya beberapa hari lebih lama dibandingkan yang lain karena materi yang diberikan lebih banyak,” ungkapnya.
Dijelaskan, ada tiga hal yang ditekankan pada pelatihan tersebut yaitu vokasional, manajemen, dan kompetensi. Khusus untuk vokasional difokuskan ke tiga hal yaitu vokasi dengan konsentransi pada pemberdayaan sumber daya lokal, vokasi yang diarahkan ke permintaan pasar, dan vokasi yang mengarah ke kemampuan individual.
“Untuk vokasi pada pemberdayaan sumber daya lokal misalnya kalau di Wonosobo adalah penghasil carica, di Purwokerto penghasil lidi, Brebes penghasil ketela, dan Banjarnegara penghasil salak,” jelasnya.
Sumber daya lokal, lanjutnya, diolah untuk menjadi beberapa macam produk, tidak hanya satu tetapi beberapa jenis. Misalnya kalau salak bisa diolah menjadi selai, manisan, dan beberapa jenis makanan lain.
“Sedangkan vokasi yang diarahkan ke permintaan pasar yaitu membidik ke potensi pasar. Seperti misalnya, produk layang-layang banyak digemari di Bali tetapi ternyata layang-layang yang dijual di daerah tersebut bukan produksi setempat melainkan dikirim dari daerah lain. Peluang seperti ini harus dimanfaatkan oleh pelaku UMKM,” terangnya.
Sementara, untuk manajemen dan kompetensi akan diberikan setelah pelatihan vokasional.(aln)